Bisnis.com, BANDUNG—Kamar Dagang dan Industri Jawa Barat atau Kadin Jabar menilai budaya riset di Indonesia masih minim sehingga sulit melakukan menciptakan teknologi untuk pengembangan industrialisasi.
Ketua Kadin Jabar Cucu Sutara mengatakan Kadin memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap dunia usah untuk mendorong penelitian, riset dan teknologi agar potensi yang dimiliki bisa digarap mandiri oleh bangsa Indonesia.
Dia mencontohkan Jabar punya beragam potensi mulai dari jumlah penduduk paling banyak, investasi tertinggi dan kaya sumber daya alam. Namun potensi tersebut belum dimanfaatkan maksimal karena masih mengandalkan sentuhan tangan dan teknologi asing.
"Jabar ini sangat kaya, gudangnya perguruan tinggi dan birokrat. Tapi kami prihatin masyarakat masih hanya jadi penikmat saja, salah satunya karena minim riset dan teknologi," ujarnya pada FGD di Kadin Jabar, Jalan Sukabumi, Kota Bandung, Kamis (14/9/2023).
Dia menjelaskan mesin yang digunakan para pelaku UMKM masih impor karena Indonesia belum mampu memproduksinya.
Selain UMKM, Cucu mengatakan mesin impor juga masih menguasai sektor lainnya seperti di manufaktur, pertanian serta peternakan, dan lainnya.
Baca Juga
Melihat kondisi tersebut, Kadin bersama BRIN berupaya mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut melalui pengembangan riset dan teknologi.
Menurutnya, budaya riset punya arti penting dalam pengembangan teknologi seperti yang dilakukan Jerman dan Austria yang berhasil menciptakan motor listrik dengan merk sendiri.
"Jabar akan menjadi pilot project pembuatan mesin di Indonesia. Masa sih kita tidak bisa membuat mesin sendiri, harus mampu dan membuktikannya. Saya tantang kepada BRIN untuk mengimplementasikannya," kata Cucu.
Sementara itu, Kepala Badan Riset dan Teknologi Kadin Indonesia Ilham Akbar Habibie mengatakan pertanian di Indonesia dinilai perlu sentuhan teknologi agar memiliki daya saing dibanding negara lain. Saat ini, pengelolaan sektor pertanian masih mengandalkan tata cara tradisional.
"Kita tahu potensi sektor pertanian kita sangat bagus, akan tetapi sekarang masih dikerjakan secara tradisional. Pertanian kita masih mengandalkan tenaga manusia, belum menjadi industrialisasi, nanti kami support" jelasnya.
Menurut dia, pertanian di Indonesia mau tidak mau harus menggunakan sentuhan teknologi, menjadi industrialisasi. Dengan begitu, pertanian Indonesia bisa bersaing dengan luar negeri. Tanpa industrialisasi, pertanian Indonesia akan tertinggal dan tergerus.
"Tapi memang ada dampaknya ketika ada industrialisasi, maka banyak petani tidak bekerja. Tapi mau tidak mau, itu harus dilalui. Tinggal kita pikirkan, agar SDM ini bisa diarahkan menangani hal lainnya," kata Ilham.