Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Populasi Sapi di Pangalengan Anjlok Jadi Penyebab Turunnya Produksi Susu

Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, BANDUNG - Ketua Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) Aun Gunawan mengatakan sejauh ini pihaknya mengaku penurunan produksi susu sapi disebabkan oleh anjloknya populasi sapi disamping kualitas sapi perah itu sendiri.

"Intinya yang paling pokok itu adalah populasi menurun. Selain itu, lahan untuk pakan hijauan yang semakin sempit," kata Aun kepada Bisnis belum lama ini.

Sejauh ini, jumlah populasi sapi yang biasa memasok kebutuhan susu bagi KPBS Pangalengan sebanyak 12.000 dari sebelumnya yang tersedia 22.000 ekor.

Menurunnya populasi sapi perah lebih diakibatkan karena banyaknya bibit sapi yang diperjualbelikan.

Aun mengatakan, kualitas sapi perah di Pangalengan memang terus didorong untuk berkualitas mengingat serapan produksi dari Industri pengolah Susu (IPS) semakin meningkat.

Pihaknya sudah bermitra dengan salah satu perusahaan pengolah industri susu guna membangun 5 Milk Collection Point (MCP) digital di Pangalengan untuk memberdayakan peternak sapi perah Indonesia baik secara kualitas ekonomi dan kualitas susu yang dihasilkan.

Lewat kolaborasi ini, menurutnya kualitas susu segar diharapkan bisa meningkat hingga 90%.

Menurutnya, sejauh ini KPBS Pangalengan hanya bisa memproduksi susu sapi sekitar 85 ton per hari atau berbeda jauh dengan tujuh tahun lalu yang bisa mencapai 120 ton per hari.

Angka 85 ton per hari menurut Aun sebetulnya masih sangat kurang ketimbang permintaan IPS yang semakin besar.

"Sekarang ini permintaan dari IPS tak terbatas. Sehingga sekarang ini 82% impor. Jadi ini masih menjadi catatan untuk kita, namun dengan kualitas yang tetap jadi patokan," katanya.

Aun menambahkan, susu peternak dibeli oleh KPBS Pangalengan seharga Rp5.200 per kilogram (kg) untuk kualitas baik sementara bagi kualitas bawah bisa dibeli dengan harga Rp4.500 per kg.

Ke depan, dia berharap industri pengolah susu (IPS) bisa terus bermitra dengan para peternak lokal di Indonesia guna mewujudkan sapi perah berkualitas disamping menambah populasi sapi perah yang produktif.

Sebelumnya, dikutip Bisnis Indonesia edisi 24 April 2018, dalam Outlook Susu 2017 yang dirilis Kementerian Pertanian pada 13 April 2018, dinyatakan pertumbuhan produksi susu sapi dalam negeri berkisar 2% per tahun, sedangkan laju pertumbuhan kebutuhan susu sapi lebih dari 5% per tahun.

Pada 2021, defisit susu sapi nasional diperkirakan mencapai 120.888 ton, dari hanya sekitar 57.581 ton pada 2017. Kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri (SSDN) mencapai 3,8 juta ton per tahun.

Namun, produksi untuk pasokan bahan baku SSDN hanya 21% dari kebutuhan atau 798.000 ton per tahun pada 2015. Sisanya 79% masih harus diimpor dalam bentuk skim milk powder, anhydrous milk fat, dan butter milk powder dari berbagai kawasan, seperti Australia, Selandia Baru, AS, dan Uni Eropa.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ilham Budhiman
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper