Bisnis.com, LONDON -- Jeremy Bentham adalah seorang filsuf Inggris terkemuka dan pemikir sosial abad ke-18 dan awal abad ke-19. Dia terkenal dengan gagasannya tentang 'panopticon', yaitu proposal untuk sebuah penjara di mana setiap narapidana dapat diawasi oleh seorang penjaga di sebuah menara pusat.
Dilansir Daily Mail, dia juga terkenal karena membantu mendirikan kepolisian Inggris yang pertama yang disebut London's Thames River Police pada tahun 1800.
Setelah kematiannya pada tahun 1832, tubuh Bentham diawetkan dalam kotak kaca di University College London selama lebih dari 160 tahun. Namun, karena adanya kesalahan saat proses pengawetan, kepala Bentham pada akhirnya dipenggal.
Kini, setelah lama tidak dipublikasikan kepada pengunjung karena banyak yang ketakutan. Pameran di University College London bertajuk 'Apa artinya menjadi manusia?' bersiap memamerkan kepala sang filsuf.
Pemajangan kepala sang filsuf di universitas tersebut adalah yang kali pertama dipamerkan dalam beberapa dasawarsa sebagai bagian dari pameran baru. Pameran ini juga bertujuan untuk meneliti apakah Bentham mengidap autisme selama hidupnya.
"Saya pikir Bentham pasti akan menyetujui kepalanya dipamerkan dalam tampilan publik. Itu yang dia inginkan," kata Subhadra Das, kurator koleksi budaya University College London.
Bentham yang seorang ateis, merupakan pengacara awal yang mengesahkan pernikahan gay dan mendorong hak-hak seorang wanita. Dia juga percaya bahwa seseorang harus membuat dirinya berguna baik dalam kehidupan dan kematian, serta mendorong orang lain untuk menyumbangkan tubuhnya untuk sains medis.
"Kami ingin mengeksplorasi apa yang mendorong Bentham untuk menyumbangkan tubuhnya, juga untuk mengatasi tantangan menempatkan jenis materi yang dipamerkan. Ini juga memungkinkan ilmuwan untuk menguji DNA-nya untuk melihat apakah dia autis," kata Subhadra Das.
Pameran 'Apa artinya menjadi manusia?' ini tengah berlansung dan berakhir hingga bulan Februari 2018 mendatang di Octagon Gallery, Wilkins Building, University College London.