Bisnis.com, GARUT - Pemerintah Kabupaten Garut berencana menerapkan model pengembangan industri hasil tembakau yang telah berhasil diterapkan Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Bupati Garut Abdusy Syakur Amin mengatakan melakukan kunjungan ke Kudus untuk mempelajari sistem pengelolaan dan pembinaan industri rokok skala kecil dan menengah yang terintegrasi dalam satu kawasan, sebagaimana dikembangkan pemerintah daerah di sana.
"Kami melakukan studi banding untuk melihat secara langsung pola pengembangan industri tembakau di Kudus. Apa yang kami pelajari akan kami pertimbangkan untuk diadopsi di Garut, menyesuaikan dengan potensi dan kebutuhan daerah kami," kata Syakur, Selasa (29/7/2025).
Menurut dia, Kudus telah menunjukkan industri tembakau dapat dikembangkan dengan dukungan pemerintah daerah secara terstruktur, sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi petani tembakau serta menyerap tenaga kerja lokal.
“Garut juga memiliki petani tembakau dalam jumlah signifikan. Dengan model industri seperti di Kudus, kami berharap kesejahteraan petani dapat meningkat dan industri tembakau Garut memiliki daya saing,” ujarnya.
Wakil Bupati Kudus Bellinda Putri Sabrina Birton menjelaskan Kudus memiliki aglomerasi pabrik hasil tembakau (APHT) yang dirancang untuk mendukung pelaku usaha hasil tembakau secara legal dan terfasilitasi.
Baca Juga
"APHT ini dibangun sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap IKM rokok. Di sini tersedia sarana produksi, gudang, dan fasilitas penunjang lain yang mendukung proses produksi secara terpusat," ujar Bellinda.
Ia menambahkan, keberadaan APHT memiliki dampak ekonomi yang signifikan di Kudus, mulai dari menyerap tenaga kerja lokal hingga menekan peredaran rokok ilegal.
Lebih lanjut, Bupati Garut menegaskan bahwa langkah studi banding ini merupakan bagian dari upaya jangka panjang Pemerintah Kabupaten Garut untuk menciptakan ekosistem industri hasil tembakau yang mampu memberikan nilai tambah dari hulu ke hilir.
“Selama ini petani tembakau di Garut masih berada pada posisi yang lemah dalam rantai nilai industri. Dengan pengembangan industri terpusat, seperti yang dilakukan di Kudus, kita bisa dorong petani naik kelas dan terlibat dalam proses produksi,” kata Syakur.
Kabupaten Garut mencatat produksi tembakau hampir 2.900 ton dalam satu tahun terakhir. Angka tersebut menandakan potensi besar dari sektor pertanian tembakau.
Namun ironisnya, di balik capaian itu, seluruh hasil panen petani Garut justru langsung diserap industri rokok luar daerah. Tidak ada pabrik rokok berskala besar di Garut dan itu berarti nilai tambah ekonomi tembakau tak pernah tinggal di daerah asal.
Data resmi Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Garut menunjukkan bahwa produksi tembakau tahun ini mencapai 2.894,22 ton setara mole, seluruhnya dijual ke pabrik rokok di daerah lain, seperti Kudus, Surabaya, atau Temanggung.
Sementara itu, luas lahan tanam tembakau di Garut mengalami peningkatan 4 persen menjadi 3.381,81 hektare, naik dari 3.251,50 hektare pada 2023.
“Kapasitas industri hasil tembakau di Kabupaten Garut tidak memungkinkan untuk menyerap seluruh hasil produksi. Praktis, tembakau Garut semuanya keluar daerah,” kata Kepala Bidang Sarana Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Dispertan Garut, Ardhy Firdian, Senin (28/7/2025).
Ardhy mengatakan, Garut menjadi contoh bagaimana daerah penghasil komoditas hanya berperan sebagai pemasok bahan baku, bukan pelaku utama ekonomi.
Petani menjual tembakau dalam bentuk mentah, sementara industri rokok yang memberi nilai tambah dan laba besar, justru berkembang di daerah lain. Garut pun hanya menonton uang mengalir keluar.
Menurutnya, ketiadaan industri pengolahan tembakau lokal juga berarti petani tidak punya posisi tawar. Harga jual ditentukan oleh pembeli besar dari luar daerah, atau perantara yang menekan margin keuntungan petani.
“Petani tidak punya pilihan. Mereka jual ke luar karena tidak ada pabrik di Garut. Dari dulu begitu. Yang untung tetap industri besar,” ujarnya.
Data Dispertan menunjukkan, kebutuhan tembakau kering secara nasional pada 2023 mencapai 318.140 ton. Bandingkan dengan produksi Garut yang tak sampai 3.000 ton, kontribusi Garut hanya sekitar 0,9 persen dari kebutuhan nasional.