Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cirebon Bangkitkan Lagi Tembakau, Andalkan Dana Cukai Rp760 Juta

Tren konsumsi rokok di Indonesia masih menunjukkan peningkatan, sehingga permintaan tembakau secara jangka panjang diyakini tetap ada.
Pekerja mengusung daun tembakau yang dipanen di Ngale, Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Selasa (19/9/2023). Menurut petani setempat harga tembakau kering di tingkat petani saat ini Rp48 ribu hingga Rp50 ribu per kilogram, lebih tinggi dibanding musim panen tahun lalu Rp40 ribu per kilogram. ANTARA FOTO/Siswowidodo
Pekerja mengusung daun tembakau yang dipanen di Ngale, Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Selasa (19/9/2023). Menurut petani setempat harga tembakau kering di tingkat petani saat ini Rp48 ribu hingga Rp50 ribu per kilogram, lebih tinggi dibanding musim panen tahun lalu Rp40 ribu per kilogram. ANTARA FOTO/Siswowidodo

Bisnis.com, CIREBON - Kabupaten Cirebon kembali menaruh perhatian pada tanaman tembakau sebagai alternatif komoditas pertanian bernilai ekonomi. 

Setelah hampir 15 tahun mengalami penurunan drastis akibat anjloknya pasar dan tutupnya sejumlah industri rokok lokal, Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon Cirebon memulai langkah revitalisasi tembakau dengan memanfaatkan lahan bera secara bertahap.

Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Distan Kabupaten Cirebon Durahman menjelaskan pengembangan tembakau saat ini difokuskan di beberapa desa sentra pertanian yang memiliki sejarah panjang budidaya komoditas tersebut. 

Adapun program revitalisasi ini dibiayai oleh Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) tahun 2025 sebesar Rp760 juta.

“Dana tersebut seluruhnya kami fokuskan untuk kegiatan demplot tembakau. Skemanya bukan menanam tembakau secara masif, tapi kami ingin membangkitkan kembali minat petani dengan contoh nyata hasil budidaya tembakau di lahan bera,” ujar Durahman, Kamis (24/7/2025).

Pada masa kejayaannya, sekira 2010 hingga 2011, luas lahan tembakau di Kabupaten Cirebon sempat mencapai lebih dari 120 hektare, terutama di Desa Hulubanteng, Kecamatan Pabuaran. 

Namun seiring runtuhnya sejumlah pabrik rokok rumahan dan melemahnya permintaan pasar, para petani beralih ke komoditas lain yang lebih stabil secara ekonomi.

Kini, melalui dukungan anggaran tersebut, Distan mencoba membalikkan keadaan. Tembakau kembali ditanam di lima desa: Tanjunganom, Tonjong, dan Cibogo di Kecamatan Pasaleman; Hulubanteng di Kecamatan Pabuaran; serta Bayalangu Kidul di Kecamatan Gegesik. Total luas lahan yang ditargetkan mencapai 10 hektare.

Durahman menambahkan, sebagian dari lahan itu telah ditanami, antara lain di Desa Jatipiring seluas 3 hektare. Adapun di Bayalangu Kidul, proses penanaman baru dimulai pekan ini seluas setengah hektare.

“Jika tahun lalu anggaran DBHCHT hanya mencakup tiga hektare lahan, tahun ini kami perluas karena minat petani mulai muncul kembali. Kami juga ingin memastikan tembakau ini bisa tumbuh dengan baik di lahan yang tersedia, tanpa menggangu pola tanam padi,” jelasnya.

Selain kegiatan penanaman, sebagian dana juga digunakan untuk program pendukung seperti uji kelayakan tanah. Untuk itu, Distan Cirebon menggandeng Universitas Diponegoro dalam kegiatan penelitian guna mengetahui kesesuaian lahan terhadap budidaya tembakau secara berkelanjutan.

Durahman menegaskan, kunci keberhasilan pengembangan tembakau tak hanya terletak pada sisi produksi, melainkan juga pada manajemen pascapanen dan kepastian pasar. 

Oleh karena itu, Distan berencana mengadakan pelatihan pengolahan tembakau bekerja sama dengan petani dari Temanggung, daerah yang dikenal sebagai salah satu sentra tembakau nasional.

“Kami ingin petani di Cirebon belajar langsung dari daerah yang lebih dulu sukses. Tidak hanya cara tanam, tapi juga bagaimana mengolah daun tembakau agar kualitasnya bisa bersaing dan punya nilai jual,” ujarnya.

Meski saat ini terdapat tantangan berupa menurunnya permintaan dari salah satu perusahaan rokok besar, Durahman optimistis kondisi itu bersifat sementara. Ia mencatat tren konsumsi rokok di Indonesia masih menunjukkan peningkatan, sehingga permintaan tembakau secara jangka panjang diyakini tetap ada.

Di sisi lain, pemerintah daerah juga merancang langkah lanjutan agar tembakau tidak hanya dijual sebagai bahan mentah, melainkan dapat diolah oleh pelaku usaha kecil. 

Untuk itu, kolaborasi lintas sektor dengan Dinas Perdagangan dan Dinas Koperasi UKM akan dilakukan agar tercipta industri kecil berbasis tembakau.

“Kami tidak ingin petani hanya bergantung pada pabrik rokok besar. Kalau memungkinkan, tembakau bisa diolah sendiri oleh koperasi atau UMKM, misalnya menjadi tembakau iris atau produk olahan lain,” tambahnya.

Program ini diharapkan menjadi titik awal kebangkitan tembakau Cirebon, bukan sebagai komoditas utama, tetapi sebagai tambahan pendapatan petani, khususnya saat lahan bera tidak dimanfaatkan.

Durahman menyimpulkan, bila budi daya tembakau bisa kembali tumbuh di Kabupaten Cirebon, maka akan tercipta peluang ekonomi baru sekaligus memanfaatkan DBHCHT secara produktif.

“Pada akhirnya, petani yang akan menentukan, apakah tembakau ini layak ditanam kembali. Tugas kami adalah memfasilitasi dan memastikan semua proses berjalan dengan baik,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro