Bisnis.com, GARUT - Pemerintah Kabupaten Garut membuka lembaran baru dalam pengembangan pertanian hortikultura, dengan menjadikan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, sebagai rujukan utama dalam pengembangan komoditas bawang merah.
Langkah ini menandai keseriusan Pemkab Garut dalam meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan petani lokal di tengah tantangan stagnasi hasil pertanian.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut Haeruman mengungkapkan pihaknya telah melakukan studi lapangan ke Brebes, sebuah kabupaten yang dikenal sebagai episentrum produksi bawang merah nasional. Dari sisi luas tanam hingga produktivitas, Brebes jauh meninggalkan Garut.
"Brebes adalah barometer nasional dalam hal produksi bawang merah. Kami ingin belajar banyak, bukan hanya soal teknis budidaya, tetapi juga bagaimana mereka mengelola rantai usaha taninya," kata Haeruman, Selasa (29/7/2025)
Data tahun 2024 menunjukkan jurang perbedaan yang cukup lebar antara kedua daerah. Kabupaten Brebes membukukan produksi bawang merah sebesar 409.107 ton dari total luas panen 28.964 hektare, dengan produktivitas rata-rata 14,12 ton per hektare.
Sementara itu, Garut hanya mampu menghasilkan 37.475 ton dengan luas lahan panen 3.748 hektare, dan produktivitas 7,77 ton per hektare.
Baca Juga
"Angka tersebut menunjukkan bahwa Garut baru mencapai sekitar 9 persen dari total produksi Brebes. Ini menjadi motivasi kami untuk mengejar ketertinggalan," ujar Haeruman.
Pemerintah Kabupaten Garut tak ingin hanya sekadar meniru permukaan. Rencana ke depan, menurut Haeruman, adalah mengirim petani-petani terpilih ke Brebes untuk magang langsung di kebun-kebun petani bawang merah di sana.
Program ini tidak hanya fokus pada teknik budidaya, tapi juga akan menyentuh aspek manajemen usaha tani berbasis kelompok atau badan usaha milik petani.
"Magang ini bagian dari transfer ilmu langsung antarpetani. Kami ingin petani kami belajar dari petani Brebes yang sudah berhasil, lalu menerapkannya sesuai kondisi lokal Garut," katanya.
Langkah ini mendapat dukungan penuh dari Bupati Garut, Abdusy Syakur Amin, yang memimpin langsung rombongan kunjungan kerja ke Brebes pada 24 Juli 2025.
Menurut Bupati, kemandirian pangan dan daya saing produk pertanian lokal bisa ditingkatkan hanya jika teknologi tepat guna dan sistem pengelolaan usaha tani diterapkan secara serius.
"Garut punya lahan yang sangat cocok untuk bawang merah. Tapi potensi tanpa teknologi dan manajemen tidak akan berdampak maksimal bagi kesejahteraan petani," kata Syakur.
Dinas Pertanian Garut mengakui selama ini adopsi teknologi pertanian modern masih rendah di kalangan petani bawang merah. Minimnya pelatihan, keterbatasan modal, dan kurangnya akses pasar menjadi penghambat utama peningkatan produksi.
"Kami harap melalui pembelajaran langsung ke Brebes, petani bisa lebih percaya diri mengadopsi inovasi, dari irigasi tetes, pemupukan berimbang, hingga pemanfaatan alat panen modern," tutur Haeruman.
Studi tiru ini diharapkan menjadi titik balik transformasi pertanian Garut. Jika berhasil, Garut tak hanya bisa memenuhi kebutuhan bawang merah lokal, tapi juga menyasar pasar regional, bahkan nasional.
Sebagai perbandingan, Brebes saat ini menyuplai 60% kebutuhan bawang merah di Jawa Tengah dan sebagian besar untuk konsumsi nasional.
Garut dengan iklim sejuk dan lahan subur di kawasan dataran tinggi, memiliki potensi serupa, namun masih tertahan oleh keterbatasan teknologi dan akses pasar.
"Tujuan akhirnya bukan sekadar mengejar angka produksi, tapi menciptakan ekosistem pertanian yang menguntungkan dan berkelanjutan bagi petani," pungkas Haeruman.