Bisnis.com, KUNINGAN - Pariwisata masih menjadi nafas Kabupaten Kuningan. Bergerak pulih pascapandemi Covid-19, daerah ujung timur Jawa Barat ini menancapkan tiang pancang sebagai destinasi unggulan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Metropolitan Rebana.
Aktivitas kepariwisataan bergeliat hebat belakangan ini. Tren positif penambahan angka kunjungan pelancong seiring meningkatnya jumlah atraksi wisata, baik berupa destinasi maupun gelaran acara.
Bukti keseriusan pemerintah daerah menggarap sektor kepariwisataan semakin nyata. Namun, perlu ada jurus jitu agar wisatawan bisa tinggal lebih lama di Kota Kuda ini.
Nur Tri Utami, 27 tahun, wisatawan asal Kota Bandung, tampak semringah saat menyaksikan sedekah bumi di Desa Cibuntu, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Sabtu (14/10/2023). Acara tahunan itu merupakan salah satu atraksi budaya desa yang ada di kaki Gunung Ciremai ini.
Tri Utami tak sengaja melihat helaran sedekah bumi itu. Awalnya, dia bersama tiga rekannya datang ke Desa Cibuntu datang untuk berpetualang di Wisata Offroad Cibuntu (WOC).
“Saya dari Bandung mau offroad, cuma sebelum sampai lokasi lihat ada arak-arakan sedekah bumi. Di situ, saya langsung berhenti dan juga ikut makan bersama warga desa,” ujar Tri Utami kepada Bisnis.com di Desa Cibuntu, Kabupaten Kuningan, Sabtu (14/10/2023).
Baca Juga
Desa Wisata Cibuntu berjarak 17 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Kuningan. Desa yang semula merupakan tambang galian ini berubah menyuguhkan pesona alam hamparan persawahan dan hutan bambu.
Potensi desa yang diresmikan pada 2012 merupakan salah desa wisata unggulan di Kuningan. Di dalamnya, ada Air Terjun Gongseng, camping ground, wisata offroad, hingga ratusan homestay.
Selain itu, situs peninggalan masa lampau masih terjaga baik. Di antaranya, situs Saurip Kidul, Bujal Dayeuh, dan Hulu Dayeuh. Situs tersebut merupakan sisa masa kejayaan kerajaan Hindu-Budha.
Keberhasilan Desa Wisata Cibuntu dalam mengundang pelancong berbuah penghargaan sebagai salah satu dari 5 Desa Terbaik dalam bidang homestay di tingkat ASEAN.
Setelah diganjar penghargaan itu, masyarakat desa terus meningkatkan pelayanan dan penyediaan akomodasi dengan menerapkan tetap menerapkan cleanliness, health, safety and environment (CHSE).
Perasaan Tri Utami di Desa Wisata Cibuntu lebih gembira. Dia rela menginap satu atau dua hari untuk menjelajah seluruh destinasi yang ada. Menurutnya, tidak cukup menikmati atraksi dalam waktu singkat.
“Awalnya mau bolak balik saja. Tetapi, kayanya asyik menginap di homestay. Saya putuskan Minggu sore pulang ke Bandung,” kata Tri Utami.
Selain Desa Wisata Cibuntu, ada Desa Kaduela yang juga terus berbenah menjadi destinasi unggulan. Sama-sama berada di Kecamatan Pasawahan, Desa Kaduela mengandalkan potensi alam sebagai nilai jual.
Pengelolaan wisata di Desa Kaduela dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Arya Kamuning. Warga di desa itudiberdayakan untuk menghasilkan miliaran rupiah dari pengembangan sektor pariwisata hingga upaya melawan praktik rentenir melalui koperasi simpan pinjam.
Direktur BUMDes Arya Kamuning Iim Ibrahim menuturkan andalan wisata di Desa Kaduela adalah Telaga Cicerem. Objek wisata tersebut sejak beberapa tahun terakhir ini menjadi primadona bagi wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Kuningan.
Telaga Cicerem mampu mengundang 20.000 orang setiap bulannya untuk bertandang.
"Telaga Biru Cicerem ini memiliki keunggulan dibandingkan telaga lainnya. Memiliki air bening berwarna biru, telaga ini seperti surga tersembunyi yang ada di sekitar Gunung Ciremai," ujar Iim.
Keberadaan aktivitas pariwisata di Desa Kaduela, lanjut Iim, mampu meraup pendapatan hingga Rp3 miliar. Dari jumlah tersebut, 25 persen dikontribusikan untuk pendapatan asli daerah (PAD) Kuningan.
Respon wisatawan semacam Nur Tri Utami itulah yang diinginkan oleh pemerintah. Hal ini menunjukan, Kabupaten Kuningan getol berbenah untuk menjemput wisatawan lebih banyak.
Bukti tren positif itu memang nyata. Berdasarkan Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam tujuh tahun terakhir (2016-2022), jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kuningan selalu berada pada angka di atas 2 juta.
Rekor kunjungan wisatawan dalam periode tersebut terjadi pada 2019 dengan total 4.735.408. Dari angka tersebut, sebanyak 618 orang merupakan wisatawan mancanegara.
Sementara, jumlah kunjungan wisatawan paling sedikit dalam periode tersebut terjadi pada 2020 dengan total 2.480.718. Hal itu karena adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akibat pandemi Covid-19.
Dalam periode tersebut, Kuningan pun sempat mengalami lonjakan kunjungan wisatawan mancanegara pada 2018. Di tahun ini, daerah perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah ini kedatangan 2.529 turis asing.
“Pemerintah Kabupaten Kuningan menargetkan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kuningan sebanyak 4 juta pada 2023 ini. Target itu awalnya 2 juta wisatawan, tetapi sudah itu terlewati,” kata Wakil Bupati Kuningan Muhammad Ridho Suganda saat ditemui di Desa Cibuntu, Kabupaten Kuningan, Sabtu (14/10/2023).
Upaya tersebut dilakukan untuk menjaga konsistensi Kuningan sebagai magnet wisata di Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) maupun daerah lainnya di Kawasan Metropolitan Rebana.
Berharap kepada BIJB Kertajati
Terpisah, Bupati Kuningan Acep Purnama memandang aktivitas ekonomi bisa terus merangkak lewat Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati.
Keberadaan bandara yang ada di Kabupaten Majalengka itu diharapkan mampu meningkatkan konektivitas antar kota maupun negara. Konektivitas baru itu diperkirakan dapat memperkuat ekonomi Kabupaten Kuningan melalui sektor pariwisata dan perdagangan.
“Pemindahan rute penerbangan juga dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar bandara, seperti pembukaan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan usaha mikro dan kecil,” kata Acep.
Realisasi Investasi Harus Naik
Perwakilan Bank Indonesia Cirebon mendorong seluruh pemerintah daerah Ciayumajakuning meningkatkan realisasi investasi. Pemerintah daerah harus meningkatkan daya saing dengan memberikan kemudahan perizinan bagi investor.
Sejumlah langkah di antaranya, mempercepat revisi rencana tata ruang wilayah (RTRW), memberikan bantuan teknologi serta mendukung kebijakan dengan memperhatikan kinerja usaha dan daya beli pekerja. Intinya.
Realisasi investasi pada 2022 di Ciayumajakuning sebanyak Rp6,04 triliun. Angka tersebut lebih rendah dari 2021 yang berhasil menembus angka Rp7,2 triliun.
Realisasi investasi Ciayumajakuning masih saja didominasi oleh industri pertambangan dan industri pengolahan.
Anjloknya nilai investasi akibat lamanya proses pengurusan izin lingkungan atau analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) dan persetujuan bangunan gedung (PBG).
“Intinya pemerintah daerah harus menciptakan iklim investasi yang kondusif. Apalagi sekarang kita semua berada di tengah pengembangan Kawasan Rebana,” kata Hestu.
Catatan Bank Indonesia, ada empat perusahaan di Ciayumajakuning yang menguasai investasi di wilayah timur Jawa Barat.
Empat perusahaan tersebut yaitu, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU VI Balongan Indramayu sebesar Rp17,18 triliun (2022-2027), PT Polytama Propindo Rp5,03 triliun (2022-2025), PT Taekwang Indonesia Rp42,8 miliar (2022-2025), dan PT Sido Agung Agro Prima Rp83 miliar (2022-2023).