Bisnis.com, BANDUNG - Meski kasus aktif penyakit mulut dan kuku (PMK) hewan ternak di Jabar tinggal 1,4 persen, target zero case masih menghadapi tantangan di lapangan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat Moh. Arifin Soedjayana mengatakan saat ini lalu lintas ternak yang mulai longgar berpotensi memunculkan kasus baru.
"Sapi sudah banyak masuk dari wilayah timur dan terus bertambah. Yang masuk Check Point Sebagian kecil yang disertai dengan SKKH," katanya pada bisnis Jumat (10/2/2023).
Menurut Arifin meski hasil pemeriksaan tidak menunjukkan gejala klinis kondisi ini tetap harus diwaspadai. "Di sisi lain, ada pelaku usaha yang pernah ditolak masuk ke Wilayah Jawa Barat, saat ini membawa sapi tanpa masuk ke Check Point," keluhnya.
Potensi lain juga datang dari budaya masyarakat Jawa Barat seperti Seni Ketangkasan Domba Garut yang mulai digiatkan kembali di masyarakat.
Tantangan lain, pelaksanaan Penandaan ternak mendapat banyak penolakan dari masyarakat, terutama untuk ternak yang akan dijadikan hewan kurban.
'Ternak yang sudah dilalulintaskan banyak yang belum dipasangi eartag berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. "Jika sudah terpasang eartag, data yang terdapat dalam Identik PKH sebagian tidak ada atau kosong karena tidak diinput," paparnya.
DKPP Jabar sendiri sudah mendistribusikan 352.600 eartag ke 27 kabupaten/kota. "Capaian provinsi untuk penandaan sudah di angka 71,81 persen sampai awal Februari," ujarnya.
Arifin mengingatkan agar masyarakat tetap mewaspadai potensi penyebaran PMK dan mendukung program penanganan yang dilakukan pemerintah.