Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pedagang Pasar Tradisional di Cirebon Sulit Dapatkan Beras Medium

Pedagang di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Cirebon mengaku kesulitan mendapatkan pasokan beras kualitas medium.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, CIREBON - Pedagang di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Cirebon mengaku kesulitan mendapatkan pasokan beras kualitas medium.

Kondisi ini sudah berlangsung sejak beberapa pekan terakhir, sehingga memengaruhi ketersediaan stok dan harga di tingkat pengecer.

Beras medium yang biasa menjadi pilihan mayoritas masyarakat karena harganya lebih terjangkau, kini semakin jarang ditemukan di lapak pedagang. Beberapa pedagang mengaku hanya bisa menjual beras kualitas premium dengan harga yang relatif lebih tinggi.

Seorang pedagang di Pasar Sumber Kabupaten Cirebon, Sarah mengatakan pasokan beras medium dari distributor sangat terbatas. Bahkan, beberapa kali pedagang sama sekali tidak mendapat kiriman. 

“Biasanya setiap minggu ada pasokan, tapi sekarang sudah dua kali tidak masuk. Adanya hanya beras premium,” ujarnya, Rabu (20/8/2025).

Akibatnya kondisi tersebut, pedagang terpaksa menaikkan harga untuk menyesuaikan dengan keterbatasan barang. Harga beras medium yang sebelumnya berada di kisaran Rp14.000 per kilogram, kini melonjak hingga Rp14. 500 per kilogram.

Perbedaan harga yang semakin lebar membuat konsumen dari kalangan menengah ke bawah kesulitan membeli beras. Sebagian terpaksa mengurangi jumlah pembelian atau beralih ke jenis beras kualitas rendah.

Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kabupaten Cirebon mengakui adanya gangguan distribusi beras medium di pasaran. Faktor utama penyebab kelangkaan diduga akibat keterbatasan suplai dari penggilingan di tingkat daerah. Selain itu, distribusi dari Bulog juga belum sepenuhnya lancar.

Sekretaris Disperdagin Kabupaten Cirebon Rodiya mengatakan permintaan beras medium di Cirebon cukup tinggi karena menjadi konsumsi utama rumah tangga. 

Namun, keterbatasan pasokan membuat pedagang tidak bisa memenuhi seluruh permintaan. “Kami sedang berkoordinasi dengan Bulog dan distributor agar distribusi beras medium bisa dipercepat,” katanya.

Rodiya menjelaskan, kenaikan harga beras saat ini erat kaitannya dengan siklus produksi pertanian. Kabupaten Cirebon belum memasuki masa panen, sehingga pasokan gabah dari petani minim.

Menurutnya, kondisi tersebut membuat harga gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan sempat melonjak. Namun, dalam sebulan terakhir, harga GKG mulai menunjukkan tren penurunan sekitar Rp100 hingga Rp200 per kilogram. 

Penurunan ini dipengaruhi penyaluran bantuan sosial (bansos) beras yang menambah pasokan di pasar dan menekan permintaan langsung dari masyarakat.

“Kami melihat adanya penyaluran beras bansos dari pemerintah pusat, dan ini cukup membantu menahan laju kenaikan harga, khususnya untuk beras medium,” kata Rodiya.

Selain memantau harga, tim Disperdagin juga melakukan pengecekan acak terhadap kemasan beras yang dijual di pasar rakyat dan toko modern. Tujuannya untuk memastikan kesesuaian antara label berat bersih dan isi sebenarnya.

“Hasilnya justru positif. Untuk kemasan berlabel 5 kilogram, isinya 5 kilogram lebih 20 gram. Sementara kemasan 10 kilogram isinya 10 kilogram lebih 80 gram. Jadi kuantitasnya sesuai bahkan di atas label, masih dalam batas toleransi yang diperbolehkan,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro