Bisnis.com, BANDUNG - Tak hanya Jawa Barat, upaya menarik investasi di sektor green economy dilakukan oleh provinsi lain seperti Bali dan Jawa Tengah.
Laporan Institute for Essential Services Reform (IESR) berjudul Status Energi Bersih Indonesia; Potensi, Kapasitas Terpasang, dan Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Energi Terbarukan 2019 menunjukkan Jawa Barat menjadi provinsi ketiga setelah Kalimantan Barat dan Papua yang menyimpan potensi besar energi baru terbarukan (EBT).
IESR mencatat potensi energi di Jawa Barat mencapai 26.190 Megawatt (MW) dimana kapasitas terpasang pada 2018 lalu baru mencapai 3.184 MW. Potensi terbesar datang dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang mencapai 9.099 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) 7.036 MW.
Kepala Bidang Energi ESDM Provinsi Jawa Barat Permadi Mohammad mengatakan meski Bali dan Jateng tengah gencar mempromosikan potensi yang hampir sama, sesungguhnya tidak ada urusan kompetisi.
"Maksudnya kita bersama-sama, baik Jawa Tengah, baik Bali begitu terkait dengan kendaraan listrik atau penggunaan EBT (energi baru terbarukan), memang menjadi tanggung jawab bersama," katanya awal pekan ini.
Menurutnya di luar urusan investasi, upaya melawan ancaman krisis energi, pengurangan emisi karbon dan efek rumah kaca adalah tugas semua pihak.
"Jadi bukan tentang siapa yang lebih unggul, tapi bersama-sama ya untuk bahu membahu mengembangkan EBT," katanya.
Permadi mengatakan, pada WJIS 2022 nanti, akan ditawarkan investasi bidang energi baru terbarukan senilai lebih dari Rp25 triliun.
"Jabar juga memiliki target mendorong bauran energi baru terbarukan cukup besar. Tahun ini ditargetkan mencapai 38 persen. Jabar siap untuk menyuplai kebutuhan EBT (energi baru terbarukan) bagi PLN di masa mendatang," ucapnya.
Sebanyak 17 proyek energi baru terbarukan (EBT) akan ditawarkan di ajang West Java Investment Summit (WJIS) 2022 yang akan digelar 5-6 Oktober besok.
Ke-17 proyek ini merupakan hasil kurasi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Barat.