Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penanganan Banjir di Jabar Harus Dilakukan Bersama-sama

Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jabar Dikky Achmad Sidik mengatakan, untuk menekan potensi terjadi banjir, Pemda Provinsi Jabar dan pemerintah pusat sudah melakukan sejumlah upaya pengendalian.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, BANDUNG -- Penanganan banjir yang terintegrasi dan melibatkan semua pihak, mulai dari pemerintah, komunitas, sampai masyarakat, dapat meminimalkan potensi sekaligus dampak banjir di Provinsi Jawa Barat.

Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jabar Dikky Achmad Sidik mengatakan, untuk menekan potensi terjadi banjir, Pemda Provinsi Jabar dan pemerintah pusat sudah melakukan sejumlah upaya pengendalian.

Pertama, Pemda Provinsi Jabar telah mengidentifikasi titik-titik rawan banjir. Selain itu, pemerintah pusat pun sudah dan sedang membangun beberapa infrastruktur pengendali banjir.

"Untuk Citarum, kita bisa lihat sendiri, sudah banyak yang dilakukan, mulai dari Terowongan Nanjung, kemudian Floodway Cisangkuy, kemudian juga ada pembangunan Kolam Retensi yang sedang dikerjakan," kata Dikky dalam JAPRI (Jabar Punya Informasi) #83 bertajuk Penanganan Banjir di Jabar di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (12/11/2021).

Dikky menuturkan, infrastruktur banjir tidak hanya dibangun di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Citarum, tetapi juga Wilayah Sungai lainnya seperti Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane. Ia mencontohkan saat ini pemerintah pusat sedang menuntaskan pembangunan Bendungan Sukamahi dan Ciawi.

Selain itu, pemerintah pusat sedang membangun Bendungan Leuwikeris di Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis untuk peningkatan volume tampungan air sehingga suplai air irigasi ke lahan pertanian terjaga dan pengendalian banjir.

"Dari semua kegiatan tersebut, yang paling utama adalah kita berkolaborasi untuk pengendalian banjir ini. Karena kalau kita lihat berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh BBWS maupun kita. Tentunya, kegiatan ini membutuhkan biaya yang sangat besar dan waktu yang cukup panjang," ucapnya.

"Padahal kalau kita bisa bersinergi dengan masyarakat semua, dengan pentaheliks, salah satunya adalah bagaimana kita bisa menampung air hujan yang turun di kita itu tidak segera lari ke drainase atau ke sungai. Dengan sumur resapan, debit air bisa berkurang cukup banyak," tambahnya.

Selain menampung air hujan melalui sumur resapan, Pemda Provinsi Jabar mengajak masyarakat untuk sama-sama mengurangi volume sampah sejak dari rumah tangga.

Kepala Bidang Konservasi dan Pengendalian Perubahan Iklim Dinas Lingkungan Hidup Jabar, Helmi Gunawan, mengatakan bahwa sampah merupakan persoalan kompleks. Setiap hari, setiap orang rata-rata menghasilkan sampah setengah kilogram.

Menurut Helmi, ada dua upaya dalam pengelolaan sampah. Pertama adalah upaya pengurangan sampah atau istilahnya 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle). Kedua, upaya penanganan yang berlangsung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

"Jadi, untuk upaya pengurangan harus lebih banyak porsinya. Jadi dari masyarakat, dari individu, harus mengurangi sampah dari mulai rumah tangga," kata Helmi.

Pemda Provinsi Jabar, kata Helmi, berkomitmen mendorong pengelolaan sampah berbasis digital untuk menerapkan konsep ekonomi sirkular. Guna mewujudkan komitmen itu, Pemda Provinsi Jabar berkolaborasi dengan Octopus sebagai mitra dalam pengelolaan sampah, terutama sampah botol plastik.

Selain itu, Helmi menuturkan bahwa Pemda Provinsi Jabar sudah merancang sejumlah strategi untuk memasifkan upaya pengurangan sampah sejak dari rumah tangga. Selain melalui platform digital, Pemda Provinsi Jabar mendorong keberadaan bank sampah.

"Bagaimana kita mengolah sampah masyarakat di sekitar rumah dan bisa mengelola serta menyimpan barang bermanfaatnya ke bank sampah. Itu sudah kita coba lakukan di kabupaten/kota," ucapnya.

Helmi mejelaskan, upaya pengurangan sampah pun dilakukan untuk sampah organik. Salah satunya melakukan bio konversi dari sampah organik menggunakan Maggot. Menurutnya, satu kilogram Maggot dapat menangani lima kilogram sampah organik. Selain itu, Maggot memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

"Satu kilo larva itu dari Maggot itu bisa mengelola lima kilogram sampah organik. Jadi memang sangat masif sekali. Jadi, kita harus mulai menggalakkan, terutama di kabupaten/kota untuk melakukan itu (mengelola sampah organik dengan Maggot)," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper