Bisnis.com, CIREBON - Sebanyak 15.000 guru di Kabupaten Cirebon mulai mendapatkan vaksin Covid-19 menjelang dibukanya kembali pertemuan tatap muka Juli 2021 mendatang.
Wakil Bupati Cirebon Wahyu Tjiptaningsih mengatakan belasan ribu guru tersebut mendapatkan vaksin di masing-masing puskesmas sesuai alamat kartu penduduk (KTP).
"Guru yang mendapatkan vaksin mulai dari guru TK sampai SMA. Kami arahkan ke puskesmas, supaya tidak terjadi antrean di Sumber," kata Wahyu Tjiptaningsih di Kabupaten Cirebon, Jumat (19/3/2021).
Pemerintah daerah berharap, pelaksanaan vaksinasi massal untuk guru bisa selesai pada Mei 2021.
Wakil bupati yang akrab disapa Ayu ini mengatakan, meskipun belasan guru sudah mendapatkan vaksin Covid-19 diharapkan tetap menjaga protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Selain itu, lanjut Ayu, pihak sekolah yang ada di Kabupaten Cirebon dilarang menggelar pertemuan tatap muka sebelum adanya instruksi dari pemerintah pusat atau pun provinsi.
"Jangan sampai membuat kebijakan sendiri, karena setiap hari masih ada saja yang positif. Beberapa waktu lalu asih ditemukan beberapa sekolah yang sudah mulai tatap muka," katanya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengatakan pemerintah provinsi sudah mengizinkan sekolah untuk melakukan pertemuan tatap muka pada tahun ajaran baru pertengahan 2021.
"Dengan syarat, semua guru harus sudah divaksin dan daerah tersebut tidak masuk ke dalam risiko tinggi penyebaran Covid-19," kata Uu saat ditemui di Ponpes Kempek Kabupaten Cirebon, Kamis (18/3/2021).
Uu mengklaim, penyebaran Covid-19 di Jawa Barat terus mengalami penurunan. Sampai saat ini pun, seluruh kota/kabupaten di provinsinya itu tidak lagi menyisakan zona merah (risiko tinggi) penyebaran wabah.
"Contoh, di Kabupaten Cirebon saat ini tidak ada lagi zona merah," katanya.
Uu menyebutkan, dampak adanya sekolah dalam jaringan (daring) membuat banyak anak ketergantungan dengan gawai, namun tidak dimanfaatkan untuk mendapatkan pelajaran.
Berberapa waktu lalu, Uu pun mengaku pernah mengunjungi salah satu rumah sakit jiwa di Cimahi. Di rumah sakit itu, ia menemukan banyak pasien anak yang mengalami kecanduan akibat game di gawai.
"Selain itu, di Sumedang juga saya lihat ada anak yang bawa senjata mainan bedil untuk mencari geng motor, bahkan ada juga meninggal. Intinya bukan melarang tetapi harus disesuaikan dengan kebutuhan," kata Uu. (K45)