Bisnis.com, BANDUNG - Calon Gubernur Jabar Ridwan Kamil menggagas sistem pergudangan juara bagi para petani garam dan udang. Gudang juara ini sesuai dengan programnya yakni mengatur tata niaga komoditi pertanian maupun peternakan secara berkelanjutan.
Wali Kota Bandung nonaktif yang akrab disapa Emil ini mengatakan bahwa pihaknya memiliki konsep untuk mengatur tata niaga komoditi hasil pertanian, perikanan, maupun peternakan dengan membuat konsep gudang juara.
“Kita akan atur suplai komoditi tersebut ke pasar agar harga tidak anjlok saat paceklik,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima, Senin (7/5).
Setelah melihat langsung potensi Desa Rawa Urip di Kabupaten Cirebon, Emil menegaskan bahwa program satu desa satu perusahaan dapat diterapkan di desa itu.
Tujuan program itu menurutnya adalah mewujudkan kesejahteraan petani, melalui berbagai pelatihan mulai dari peningkatkan SDM, pemberian benih, hingga marketing.
Emil pun mengaku takjub petani di desa itu mandiri dan sukses karena hasil usahanya. Contohnya, kata dia, seorang petani udang mengaku beromzet Rp700 juta setiap kali panen dari lahan 1 hektare dengan masa Panen 2 kali setahun. Jika musim panen lancar menurutnya petani terebut dapat beromzet rata-rata Rp 100 juta per bulan.
“Ini potensi ekonomi luar biasa. Petani garam juga omzetnya bisa mencapai kisaran Rp7 juga hingga Rp 10 juta per hektare,” kata Emil.
Potensi ini juga menurut Emil bisa dimanfaatkan untuk membantu wilayah lain di Jawa Barat yang mempunyai lahan luas tapi belum terpikirkan komoditi yang akan dikembangkan.
“Jika sistemnya sudah ada, maka desa lain yang belum memiliki potensi, dapat belajar ke desa ini. Kita tahu bahwa sampai sekarang n suplai udang dan garam juga masih kurang,” ucap dia.
Sementara itu, terkait infrastruktur pihaknya mempunyai program infrastruktur juara. Artinya, setiap jalan di desa, harus dibangun oleh APBD Kota/Kabupaten. Sementara apabila APBD tidak mencukupi maka sisanya akan melalui program bantuan gubernur.
“Pada program infrastruktur Rindu punya program jamu yakni, jalan mulus sampai ke desa-desa di Jabar,” ujarnya.
Ketua Kelompok Petani garam Kusnadi mengungkapkan persoalan jatuhnya harga garam saat musim panen. Hal itu terjadi, karena suplai ke pasar berlebih dan petani tidak mempunyai pergudangan yang memadai untuk menyimpan hasil panennya.
”Kami punya program swasembada garam tapi untuk mensukseskan program itu dibutuhkan resi gudang. Ini untuk mengatur suplai garam ke pasar, sehingga saat musim paceklik harga garam tetap stabil,” kata Kusnadi yang juga membawahi 60 petani garam di enam kecamatan di Kabupaten Cirebon.