Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

45 Ahli Kelautan Asia Pasifik Kumpul di Bandung Bahas Persoalan Kelautan dan Perikanan

Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, BANDUNG - Sebanyak 45 ahli di bidang kelautan dari 15 negara di Asia Pasifik kumpul di Bandung untuk membahas tentang persoalan kelautan dan perikanan di dunia saat ini.

Acara bernama Zentrum Fur Marine Tropenforchung (ZMT) Asian Regional Meeting itu diiniasi Universitas Padjadjaran (Unpad) dan dibuka langsung oleh Pejabat Sementara (Pjs) Wali Kota Bandung M. Solihin.

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad Yudi Nurul Ihsan mengatakan, ada tiga isu yang akan diangkat pada konferensi yang akan diselenggarakan hingga 27 April ini.

Isu pertama yaitu lingkungan, kedua, keanekaragaman hayati, dan ketiga, kesejahteraan masyarakat. Ketiga hal tersebut menurutnya dipandang sebagai isu-isu utama permasalahan kelautan dunia hari ini.

“Kita angkat isu lingkungan terkait dengan pencemaran. Indonesia menjadi negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Itu jadi tantangan buat kita,” kata Yudi.

Selain karena pencemaran karena sampah plastik, kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya laut yang berlebihan juga menjadi persoalan. Menurut Yudi, hal tersebut mengganggu ekosistem perikanan.

Salah satu yang menjadi perhatian adalah keanekaragaman hayati di lautan dunia. Yudi membeberkan bahwa isu tersebut juga menghadapi ancaman kerusakan karena ekosistem yang berubah akibat ulah manusia.

Dia mengatakan bahwa Indonesia merupakan jantung dunia. Oleh karena itu, Indonesia punya andil besar dalam upaya penyelamatan satwa-satwa laut di bumi.

“Ancaman terbesar kita sekarang adalah perdagangan spesies yang tidak terkendali, di samping juga pencemaran. Itu ulah manusia. Maka kita angkat isu yang ketiga adalah kesejahteraan masyarakat,” kata Yudi.

Menurutnya, kesejahteraan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada penyelamatan lingkungan. Dia berpandangan bahwa jika masyarakat lebih sejahtera, kerusakan lingkungan bisa dikurangi.

“Kalau masyarakat miskin, lingkungan akan rusak. Makanya bagaimana lingkungan tetap berkelanjutan kemudian masyarakat juga kesejahteraannya bisa diperbaiki. Kalau misalnya kesejahteraan baik mudah-mudahan lingkungannya tidak rusak,”

Dia mengakui bahwa keberpihakan masyarakat di negara-negara berkembang di Asia Pasifik masih kurang. Kebanyakan masih menganggap bahwa laut merupakan tempat sampah raksasa di mana setiap limbah dibuang ke laut.

“Karena di negara berkembang masyarakat memanfaatkan ekosistem laut tidak terkendali. Mangrove ditebang sehingga terjadi degradasi ekosistem di laut. Itu yang akan kita selesaikan,” ujarnya.

Pertama di Asia

M. Solihin mengatakan, kegiatan yang digelar pertama kali di Asia ini merupakan wujud partisipasi aktif dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Terlebih lagi, hal itu sejalan dengan semangat Konferensi Asia Afrika yang mengharuskan Indonesia menjadi penghubung negara-negara di dunia untuk bersatu dalam memperjuangkan kebaikan.

“Upaya Unpad dan ZMT Jerman dalam menginisiasi kolaborasi di negara-negara tropis untuk memberikan kontribusi terhadap perlindungan dan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem pesisir patut kita apresiasi dan kita dukung penuh," ungkapnya.

"Bagaimanapun juga, upaya ini memberikan dukungan positif bagi pemanfaatan ekosistem pesisir yang bisa menjadi sumber pangan, energy, sekaligus pendapatan masyarakat,”


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ilham Budhiman
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper