Bisnis.com, BANDUNG- Pelaku industri wilayah Bandung Raya meminta proyek pipanisasi gas ke kawasan pabrik dipercepat, sejalan dengan pembangunan transmisi gas Cirebon-Semarang oleh PT Rekayasa Industri atau Rekind.
Pembangunan transmisi gas sepanjang 235 kilometer dengan rute PLTG Sunyaragi Cirebon hingga ORF Tambak Lorok Semarang, akan dimulai pada Agustus mendatang. Selaku pemegang konsesi, Rekind memastikan proyek tersebut akan menyokong kegiatan industri di wilayah Jabar dan Jateng.
Kapasitas alir gas mencapai 300-500MMSCFD (Million Standard Cubic Feet per Day). Total investasi pembangunan transmisi mencapai US$400juta –US$450 juta.
Seiring dengan realisasi proyek di Utara Jawa itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jabar Dedy Widjaja mengungkapkan pelaku usaha mengharapkan realisasi proyek bisa dilakukan segera. Terlebih, katanya, pipanisasi untuk distribusi kawasan industri di wilayah Bandung Raya.
Dedy menilai rencana proyek pipanisasi gas ke wilayah Priangan terbilang wacana lama. Akan tetapi, hingga kini rencana itu belum terlihat optimal digarap.
“Beruntungnya sekarang, sudah ada arah kemajuan dengan pembangunan transmisi gas Cirebon-Semarang, tinggal kami selaku pengusaha menunggu distribusi hingga ke pabrik-pabrik,” ungkapnya Rabu (28/3/2018).
Penggunaan gas, menurut Dedy, akan meningkatkan efisiensi bagi para pelaku industri. Selama ini, pelaku industri menggantungkan sumber energi dari batubara dan solar.
“Sebagian besar menggunakan batubara, karena murah,” tambahnya.
Walau demikian, batubara menyisakan banyak persoalan, seperti limbah dan pencemaran lingkungan. Tak hanya itu, ungkap Dedy, menggunakan batubara cenderung tidak efisien, karena menghabiskan waktu hanya untuk memanaskan tungku bahan bakar.
Di sisi lain, rencana pipanisasi gas ke kawasan industri inipun patut dikawal pemerintah. Dedy mengatakan hingga saat ini, selain menunggu waktu pelaksanaan proyek, pelaku usaha juga mengharapkan adanya acuan tarif dan harga konversi.
“Kalau pada realisasinya, kami berharap agar konversi dari batubara ke gas, dan instalasi lainnya, diongkosi kontraktor dengan mengutip biayanya dari pungutan tarif, karena kalau harus kredit ke bank lagi, pengusaha keberatan,” ujarnya.
Ketua Kadin Jabar Agung Suryamal mengatakan proyek pipanisasi gas ke wilayah Priangan akan membantu penguatan industri. Pasalnya, biaya energi mencapai 30% dari total ongkos produksi.
“Sehingga kalau dengan batubara dan solar, ini amat mahal,” ungkapnya.
Di sisi lain, bagi penyedia gas industri, Agung mengharapkan konsistensi pasokan dan tarif. “Jangan sampai nantinya 80% industri yang kini menggunakan batubara telah beralih, justru pasokan dan tarif gas tidak stabil juga,” ungkapnya.