Bisnis.com, BANDUNG - Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Rita Verita mengatakan, sejauh ini terdapat 9.632 kasus penderita TBC di Kota Bandung.
Namun, untuk kasus yang dilaporkan menurutnya hanya mencapai 399 kasus per 100.000 penduduk dengan angka kematian sekitar 35 jiwa per tahunnya.
Demikian diungkapkan Rita Verita saat menggelar peringatan Hari Tuberkulosis (HTBC) di Plaza Balai Kota Bandung, Rabu (28/3). HTBC se-dunia sendiri sejatinya diperingati setiap 24 Maret, namun pihak Pemkot Bandung baru bisa menyelenggarakannya hari ini.
Menurut Rita, 80% dari temuan tersebut sudah dalam pengobatan. Namun, angka itu masih kurang dari target yang ditetapkan yakni 90%. "Jadi kurang 10 persen dan harus kita kejar. Kita berkoordinasi dengan fasilitas pelayanan lainnya untuk mencapai target ini,” ujarnya.
Dinkes Kota Bandung, kata dia, terus berupaya mengejar capaian target itu dengan bersinergi bersama dinas-dinas lain yang berkaitan dengan masalah tersebut.
Rita mengungkapkan, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penyakit TBC, di antaranya faktor lingkungan di daerah yang padat, permukiman kurang baik, ventilasi rumah dan pencahayaan yang kurang sehingga menimbulkan kelembaban.
“Bukan hanya badan saja yang fit dan daya tahan tubuhnya baik, tetapi lingkungan juga harus bersih,” ujar Rita.
Kata dia, TBC pun tidak hanya menyerang organ paru-paru saja, bisa juga menyerang tulang, usus dan pencernaan lainnya. Ini bisa terjadi kepada anak-anak hingga orang dewasa.
“Jadi tidak hanya anak anak saja, dewasa juga bisa terserang TBC. Harus diingat oleh kita, organ tubuh pun bukan hanya paru paru, tapi organ lain pun bisa terkena TBC,” kata Rita.
Fasilitas dan DOTS
Dinkes Kota Bandung memastikan seluruh Pusat Kesehatan masyarakat (Puskesmas) di Kota Bandung bisa melayani dan mengobati pasien TBC.
"Di Kota Bandung, pengobatan TBC sudah lama, disediakan Puskesmas maupun rumah sakit. Sehingga masyarakat yang terkena penyakit tersebut tidak usah sulit untuk mencari tempat pengobatan, cukup ke Puskesmas terdekat ataupun ke rumah sakit,” kata Rita.
Rita mengatakan, pengobatan TBC dilakukan melalui metode DOTS (Directly Observed Treatment, Short-course). DOTS adalah pengawasan langsung pengobatan jangka pendek.
DOTS bertujuan untuk menjamin kesembuhan bagi penderita, mencegah penularan, mencegah resistensi obat, mencegah putus berobat dan segera mengatasi efek samping obat jika timbul. Hingga akhirnya dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat tuberkulosis di dunia.
Menurutnya, metode DOTS itu cukup signifikan bagi pengobatan. Dengan gagasan dari pemerintah pusat, maka pengobatannya pun tersedia sehingga tidak akan menyulitkan penderita.
“DOTS itu suatu program pemerintah pusat bahwa untuk pengobatan dengan metode ini dapat droping dari pusat, sehingga tidak akan menyulitkan. Semua sudah tersedia fasilitas pelayanan kesehatan dengan baik,” jelasnya.