Bisnis.com, CIREBON - Harga daging ayam ras segar di Kabupaten Cirebon melonjak tajam pada pekan terakhir Agustus 2025.
Kenaikan harga ini membuat para pedagang pasar tradisional kelimpungan, sementara konsumen terpaksa mengurangi pembelian karena daya beli semakin tertekan.
Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Cirebon, harga daging ayam ras segar yang sebelumnya berkisar Rp30.000 hingga Rp31.000 per kilogram kini melonjak menjadi Rp34.000 hingga Rp35.000.
Lonjakan harga ayam ini menimbulkan dilema bagi pedagang. Mereka tidak bisa menaikkan harga jual terlalu tinggi karena khawatir pembeli lari. Di sisi lain, harga dari distributor sudah tinggi, membuat margin keuntungan semakin tipis.
"Dari bandarnya sudah naik. Jadi saya juga terpaksa menaikkan harga," kata Asep, pedagang ayam di Pasar Sumber, Kabupaten Cirebon, Rabu (27/8/2025).
Sejumlah faktor diduga menjadi pemicu kenaikan harga ayam ras segar di Cirebon. Pertama, meningkatnya harga pakan ayam di tingkat peternak.
Baca Juga
Bahan baku seperti jagung dan kedelai yang masih impor terkena imbas fluktuasi harga global. Kedua, biaya distribusi juga naik seiring kenaikan harga BBM nonsubsidi.
Selain itu, siklus permintaan menjelang bulan-bulan tertentu turut memengaruhi. Meski tidak sedang memasuki masa hari besar keagamaan, konsumsi masyarakat tetap meningkat pada akhir bulan karena kebutuhan rumah tangga yang menumpuk.
Menurut para pedagang, banyak konsumen rumah tangga akhirnya menurunkan porsi belanja. Jika sebelumnya mampu membeli dua hingga tiga kilogram, kini mereka hanya membeli setengah hingga satu kilogram.
"Biasanya yang seri beli dua sampai tiga kilo, sekarang jadi beli satu kilo saja. Biasanya, nanti beli dalam jumlah banyak kalau harganya kembali normal," katanya.
Lonjakan harga ayam di Cirebon bukan hanya soal konsumsi rumah tangga. Sektor usaha mikro seperti warung makan, pedagang nasi uduk, hingga rumah makan sederhana ikut terdampak.
Mereka harus menaikkan harga menu, atau mengurangi porsi daging ayam dalam masakan. Akibatnya, daya saing usaha kecil berkurang. Konsumen yang keberatan dengan harga baru beralih ke menu lain yang lebih murah.
"Kalau berlangsung lama, bisa terganggu, dan omzet bisa turun sampai 30 persen," kata Iah, pemilik warung nasi di wilayah Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon.