Bisnis.com, CIREBON - Aktivitas bongkar muat barang dan peti kemas di Pelabuhan Cirebon mengalami penurunan signifikan dalam setahun terakhir.
Berdasarkan data terbaru, volume bongkar muat di pelabuhan tersebut turun dari 240.450 ton pada 2023 menjadi 203.661 ton pada 2024. Penurunan ini mencapai 15,3% dan dikhawatirkan berdampak pada aktivitas ekonomi di wilayah Cirebon dan sekitarnya.
Penurunan ini menimbulkan berbagai spekulasi mengenai penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkontribusi antara lain perlambatan ekonomi, perubahan pola perdagangan, hingga faktor teknis di pelabuhan itu sendiri.
Salah satu faktor utama yang diduga menjadi penyebab turunnya aktivitas bongkar muat adalah kondisi ekonomi yang sedang mengalami perlambatan.
Berdasarkan analisis Badan Pusat Statistik (BPS), penurunan itu terjadi karena adanya perubahan pola perdagangan juga dianggap berkontribusi pada penurunan ini. Dengan berkembangnya jalur distribusi lain, beberapa perusahaan mungkin memilih jalur transportasi yang berbeda, seperti menggunakan jalur darat atau bahkan pelabuhan di kota lain yang dianggap lebih efisien.
Pendangkalan di dermaga Pelabuhan Cirebon, Kota Cirebon menyebabkan aktivitas keluar masuk barang menjadi terbatas. Kondisi ini menghambat daya saing pelabuhan dibandingkan dengan pelabuhan lainnya di Indonesia.
Baca Juga
Manager Komersial dan Kepatuhan Bisnis PT Pelindo Regional II Cirebon Bombom Cepi Nugraha mengungkapkan bahwa pendangkalan terjadi karena posisi alur pelabuhan kini berada di bawah 6 meter low water spring (LWS). Akibatnya, kapal dengan muatan di atas 4,8 ton tidak bisa bersandar langsung di pelabuhan.
"Kapal dengan kapasitas besar harus menggunakan kapal dengan muatan lebih kecil untuk bongkar muat. Ini jelas membuat ongkos operasional meningkat," ujar Bombom beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan bahwa para pengusaha sangat mengeluhkan kondisi ini karena biaya tambahan yang harus dikeluarkan akibat keterbatasan kedalaman pelabuhan. Penggunaan kapal kecil untuk distribusi barang dari kapal besar meningkatkan biaya logistik, sehingga berdampak pada harga barang yang diangkut.
Bombom menambahkan, upaya pengerukan sedimentasi di dermaga Pelabuhan Cirebon tidak bisa dilakukan sembarangan. PT Pelindo harus melalui berbagai tahapan kajian dan memenuhi sejumlah persyaratan, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).
"Idealnya kedalaman pelabuhan ini adalah 7 meter, tetapi sekarang hanya 4 meter. Hal ini tentu merepotkan bagi kapal-kapal besar yang ingin bersandar," kata Bombom.
Pendangkalan ini berdampak langsung terhadap aktivitas bongkar muat barang dan peti kemas di pelabuhan. Dalam beberapa bulan terakhir, volume bongkar muat mengalami penurunan signifikan karena banyak kapal besar memilih untuk berlabuh di pelabuhan lain yang memiliki fasilitas lebih memadai.
Sejumlah pengusaha berharap pemerintah dan PT Pelindo segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi permasalahan ini. Mereka menilai, jika tidak segera ditangani, maka daya saing Pelabuhan Cirebon akan terus melemah dan dapat berdampak negatif terhadap perekonomian daerah.
Hingga saat ini, PT Pelindo Regional II Cirebon masih melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk mencari solusi terbaik guna mengembalikan kedalaman alur pelabuhan ke kondisi ideal.