Bisnis.com, CIREBON - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon ingin Pelabuhan Cirebon jadi gerbang impor maupun ekspor.
Harapan ini bukan hanya untuk efisiensi logistik, tetapi juga sebagai strategi mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah Ciayumajakuning yang selama ini dinilai tertinggal.
Bupati Cirebon, Imron Rosyadi, berharap kehadiran pelabuhan yang aktif dan efisien. Bukan hanya sekadar infrastruktur, tetapi menjadi bagian penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Selama ini pelaku usaha di Kabupaten Cirebon dan sekitarnya masih harus menggunakan pelabuhan di Jakarta atau Semarang untuk ekspor dan impor. Hal ini jelas menambah beban biaya logistik yang cukup tinggi," ucap Imron saat ditemui di kantor bupati, Selasa (11/6/2025).
Menurutnya, kondisi ini juga turut memengaruhi ketimpangan pembangunan di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan (Ciayumajakuning) jika dibandingkan dengan wilayah Priangan yang mencakup Bandung dan sekitarnya.
Ketimpangan itu tercermin dari rendahnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM), tingginya angka kemiskinan, dan jumlah pengangguran yang belum tertangani optimal.
Baca Juga
"Kalau kegiatan ekspor-impor bisa dilakukan di Cirebon, tentu akan menarik investor datang. Itu akan membuka lapangan kerja, menggerakkan ekonomi lokal, dan otomatis meningkatkan taraf hidup masyarakat," kata Imron.
Imron menyebut, Pelabuhan Cirebon memiliki posisi strategis karena terletak di pesisir utara Jawa yang dekat dengan kawasan industri di sepanjang jalur pantai utara (pantura).
Akses darat menuju pelabuhan ini pun terhubung baik melalui jalan nasional, jalur kereta api, bahkan didukung keberadaan Bandara Internasional Kertajati di Majalengka.
"Dengan segala potensi infrastruktur yang dimiliki, mestinya Pelabuhan Cirebon bisa menjadi pusat perdagangan, seperti masa kejayaannya di masa lalu. Ini momentum yang harus kita dorong," tegasnya.
Andalan Distribusi Bahan Baku
Saat ini, Pelabuhan Cirebon sudah menjadi tulang punggung distribusi bahan baku curah kering seperti klinker, semen, dan pakan ternak untuk industri di Jawa Barat dan sekitarnya.
Namun, perannya masih sebatas pelabuhan pengumpan (feeder port), belum sampai pada skala pelabuhan ekspor-impor.
Pengusaha lokal, Sunoto, menyebut Pelabuhan Cirebon sebagai simpul penting dalam rantai pasok industri. Lokasinya yang strategis memudahkan distribusi ke kawasan industri di Jawa Tengah hingga Jakarta.
"Kalau pelabuhan ini dimaksimalkan, beban jalan raya dari Cirebon ke Jakarta bisa berkurang. Kita juga bisa menghemat banyak kerugian akibat kerusakan jalan yang setiap tahun terus membengkak karena dilintasi truk pengangkut bahan baku," kata Sunoto.
Dia menekankan perlunya peningkatan infrastruktur pelabuhan agar kapasitas bongkar muat bisa mengikuti permintaan yang terus tumbuh.
Beberapa hal yang menurutnya krusial adalah ketersediaan alat berat bongkar muat, perbaikan manajemen antrean kapal, serta penyediaan fasilitas kontainer ekspor.
"Pelabuhan Cirebon belum punya kontainer untuk ekspor. Ini seharusnya jadi prioritas. Kalau fasilitasnya ada, pengusaha dari wilayah Ciayumajakuning dan sebagian Jawa Tengah bisa memanfaatkannya," ucapnya.
Meski potensinya besar, realisasi Pelabuhan Cirebon sebagai gerbang ekspor-impor nasional membutuhkan intervensi dan dukungan dari pemerintah pusat, khususnya Kementerian Perhubungan dan Pelindo sebagai operator pelabuhan.
Bupati Imron berharap ada langkah konkret dari pemerintah pusat untuk memprioritaskan pengembangan pelabuhan ini.
Menurutnya, selama Pelabuhan Cirebon hanya berfungsi sebagai pelabuhan pengumpan, maka daya saing wilayah masih akan tertinggal dari daerah lain.
"Kita butuh dukungan pusat. Kalau pelabuhan ini dimodernisasi, diberi status pelabuhan utama, dampaknya akan besar bagi seluruh wilayah timur Jawa Barat. Dan tidak kalah penting, ini bisa jadi solusi mengurangi beban Tanjung Priok yang sudah terlalu padat," ujar Imron.