Bisnis.com, CIREBON – Pemerintah Kabupaten Cirebon menegaskan bahwa wilayahnya di bagian timur tidak direkomendasikan untuk pengembangan industri tekstil.
Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan keterbatasan pasokan air bersih serta kekhawatiran akan dampak lingkungan dan sosial yang ditimbulkan oleh industri berbasis konsumsi air tinggi tersebut.
Bupati Cirebon Imron Rosyadi mengatakan bahwa pemerintah daerah tidak ingin mengulang kesalahan dengan mendorong tumbuhnya sektor industri yang tidak selaras dengan kapasitas lingkungan setempat.
Menurutnya, keputusan ini merupakan langkah strategis untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.
“Industri tekstil memiliki kebutuhan air yang sangat besar. Bukan hanya untuk mencuci bahan mentah, tetapi juga untuk proses pewarnaan, pelarutan bahan kimia, hingga pembilasan dalam tahap finishing,” katanya saat ditemui di Pendopo Bupati, Jumat (11/4/2025).
Imron menjelaskan bahwa jika industri semacam ini terus dipaksakan masuk ke wilayah timur Cirebon, dikhawatirkan akan memicu konflik sosial.
Baca Juga
Hal ini disebabkan oleh potensi benturan antara kebutuhan industri dan kebutuhan dasar masyarakat akan air bersih yang hingga kini masih menjadi isu krusial di beberapa desa.
“Keputusan ini merupakan respons terhadap kekhawatiran masyarakat yang selama ini merasa khawatir kebutuhan air bersih mereka akan tersaingi oleh industri besar. Kami tidak ingin ada pertentangan antarwarga hanya karena krisis air,” tegas Imron.
Kendati menutup peluang bagi ekspansi industri tekstil, Pemkab Cirebon memastikan bahwa pihaknya tetap terbuka terhadap investasi di sektor lain.
Pemerintah daerah bahkan mendorong pertumbuhan industri padat karya yang dinilai lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Menurut Imron, kawasan timur Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari proyek strategis nasional Metropolitan Rebana, yakni kawasan ekonomi baru yang menjadi tumpuan pertumbuhan Jawa Barat. Namun, arah investasi tetap harus disesuaikan dengan karakteristik dan kapasitas wilayah.
“Kami tidak antiindustri. Tapi jenis industrinya harus selektif. Yang kami dorong adalah industri padat karya yang tidak bergantung pada konsumsi air besar, dan tidak menghasilkan limbah berbahaya bagi lingkungan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Imron menjelaskan bahwa industri padat karya justru memiliki dampak berganda bagi masyarakat lokal. Selain mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, sektor ini juga berpotensi mendorong tumbuhnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sekitar kawasan industri.
“Kalau industri padat karya tumbuh, akan muncul UMKM baru, jasa transportasi, katering karyawan, dan berbagai lini ekonomi lainnya. Ini yang kami maksud dengan pertumbuhan yang inklusif,” ucapnya.
Imron mencontohkan, sejumlah wilayah di barat Cirebon seperti kawasan lainnya telah menunjukkan keberhasilan dalam mengembangkan industri padat karya. Daerah tersebut kini memiliki ekosistem usaha yang saling terhubung dan memberikan dampak positif bagi perekonomian warga.