Bisnis.com, CIREBON - Desakan penutupan aktivitas stockpile batu bara di Pelabuhan Cirebon, Kota Cirebon, terus disuarakan. Polusi dari aktivitas tersebut dianggap mengganggu aktivitas masyarakat sekitar.
Anggota Komisi I DPRD Kota Cirebon Edi Suripno mengatakan, akvititas batu bara di pelabuhan sempat ditutup. Namun, pada 2023 sempat aktivitas tersebut kembali dilakukan oleh PT Pelindo dan PT TJSE.
"Debu dari stockpile ini paling dirasakan oleh warga, terutama di RW 1 Pesisir Selatan," kata Edi di Kota Cirebon, Rabu (24/7/2024).
Edi menyebutkan, warga terdampak bersama PT Pelindo dan PT TJSE sudah melakukan pertemuan untuk menyepakati penghentian aktivitas paling lambat 20 Juni 2024. Namun, hingga Juli ini, aktivitas bongkar muat masih berjalan karena diduga ada perpanjangan kontrak hingga 2025.
"Kami akan memanggil para pihak soal komitmen yang disepakati, juga akan melakukan konsultasi ke kementerian terkait, sebab dugaan wanprestasi Pelindo dan KSOP, dalam hal ini PT TJSE,” tuturnya.
Anggota Komisi I DPRD Kota Cirebon, Harry Saputra Gani mengatakan, pihaknya sudah merekomendasikan untuk menutup bongkar muat batu bara di Kota Cirebon pada 2016.
Baca Juga
Dampak aktivitas stockpile di pelabuhan, lanjut Harry, menimbulkan dampak negatif yang besar kepada masyarakat hingga tiga wilayah kecamatan, yakni Pekalipan, Lemahwungkuk, dan Kejaksan.
"Kami tegas dan sepakat agar tidak ada lagi aktivitas stockpile batu bara di dalam Pelabuhan Cirebon,” katanya.
Manager Komersial dan Kepatuhan Bisnis PT Pelindo Bombom Cepi Nugraha mengatakan, kegiatan operasional dan layanan kepada pengguna jasa di area Pelabuhan Cirebon dipastikan tidak terganggu dan terus berjalan normal.
Saat ini, proses mengurangi dampak terus dilakukan. Salah satunya, menyediakan jaring penangkap untuk menangkap debu di sekitar pelabuhan.
“Kami sudah melakukan langkah-langkah preventif agar layanan tetap dalam berjalan efektif,” kata Bombom.