Bisnis.com, MAJALENGKA - Masyarakat Kabupaten Majalengka kian gemar mengembangkan literasi.
Di daerah yang masuk dalam Kawasan Metropolitan Rebana itu, literasi tak melulu dianggap senang membaca dan mahir menulis, melainkan kemampuan agar cakap dalam menghadapi segala kondisi hidup.
Pemerintah Kabupaten Majalengka telah lama merintis kegemaran tersebut, tepatnya sejak 2001 silam melalui program learning society. Kala itu, Dinas Pendidikan mengembangkan model pendidikan masyarakat. Maka perpustakaan tak sekadar bernaung di sekolah, melainkan berdiri di kantor desa hingga berkeliling di ruang-ruang publik.
Bupati Majalengka Karna Sobahi mengatakan pihaknya meyakini laju pertumbuhan ekonomi daerah itu harus dibarengi dengan tingkat pendidikan di masyarakat.
“Keduanya harus sejajar, antara perkembangan ekonomi dengan tingkat pendidikan di masyarakat,” katanya saat ditemui Bisnis, Senin (4/12/2023).
Apalagi, roda pembangunan di Majalengka terus berputar seiring kehadiran Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati. Arus investasi pun mengalir deras.
Baca Juga
Berdasarkan catatan Dinas Penanaman Modal Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Barat, modal yang tertanam di Majalengka pada 2022 menyentuh Rp2,2 triliun.
Aksesibilitas pun telah dipermudah seiring beroperasinya Tol Cileunyi—Sumedang—Dawuan (Cisumdawu).
“Laju pertumbuhan ekonomi Majalengka pada tahun 2022 menyentuh 6,63% dan tertinggi di Jabar. Di samping geliat industri, angka itu terbentuk dari sektor pertanian yang terungkit juga UMKM yang berhasil pulih usai pandemi,” jelasnya.
Karna menambahkan maraknya pembangunan harus berdampak nyata ke masyarakat. Salah satunya menciptakan lapangan kerja.
“Makanya perizinan kami permudah, tetapi kami juga minta investor yang masuk mau mengalokasikan 70% tenaga kerjanya berasal dari Majalengka,” katanya.
Untuk itu, kata dia, Majalengka perlu menyiapkan SDM yang andal dan berkualitas. Sehingga Pemkab Majalengka menilai kemampuan literasi merupakan kunci yang bisa membuka kesempatan luas untuk warga. Maka semarak pembangunan dan gerakan literasi pun berkelindan di daerah tersebut.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka Lilis Yuliasih menambahkan pihaknya berupaya agar literasi menjadi budaya di Majalengka.
“Ini penting agar SDM Majalengka berkualitas, apalagi pembangunan di Majalengka sudah marak,” katanya.
Oleh karena itu, pihaknya dalam waktu dekat akan meluncurkan Gerakan Literasi Orang Majalengka (Gelora).
Di beberapa sekolah, gerakan itu nyata. Misalnya SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 6 Majalengka. Para siswa dan guru produktif menelurkan buku hingga mengembangkan perpustakaan digital.
“Semuanya lapisan masyarakat terlibat, tak hanya sekolah kami juga merangkul 11 komunitas untuk mendukung gerakan literasi ini,” kata Lilis.
Salah satunya, Komunitas Kirik Nguyuh yang berada di Desa Girimukti, Kecamatan Kasokandel.
Komunitas yang aktif dalam kesenian hingga pertanian itu turut memperkuat literasi di Majalengka.
Ketua Komunitas Kirik Nguyuh, Baron Formosa, mengatakan literasi berkenaan erat dengan kesadaran warga.
“Sebetulnya kami sudah mengenalkan literasi sejak membuat konsep pertanian terpadu. Di saat pupuk subsidi semakin susah didapat petani, kami mengedukasi untuk membuat pupuk organik secara mandiri,” katanya kepada Bisnis.
Bagi Baron literasi di bidang pertanian itu bisa dimaknai secara luas. Salah satunya membaca situasi yang menyulitkan petani sehingga bisa menemukan solusi.
Maka, petani di Kirik Nguyuh tak mengandalkan pupuk subsidi, melainkan mengelola apa yang ada di kandang ternak mereka untuk kemudian menjadi pupuk organik.
“Itulah yang kami sebut pertanian terpadu, kotoran kambing, ayam hingga buah-buah busuk di perkarangan kami olah menjadi pupuk organik,” katanya.
Literasi juga menyangkut pemberian edukasi.Di padepokannya, komunitas itu kerap melakukan kegiatan ngariung puguh, aktivitas diskusi bersama yang melibatkan dinas pemerintahan terkait.
Tentu juga tersedia kelas menulis yang bisa diikuti secara gratis bagi warga.
Saat ini Komunitas Kirik Nguyuh mengelola lahan milik Pemerintah Kabupaten Majalengka seluas 1,5 hektare di Desa Simpeureum, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka. Lahan idle itu mereka sulap menjadi kebun pepaya, pisang dan cabai merah.
Mereka pun turut memberdayakan warga sekitar untuk terlibat dalam pengelolaan pertanian terpadu.
Salah satunya Dede Wardi, 47 tahun. Dede merupakan satu dari sekian tenaga kerja di Kota Bandung yang terseret arus pandemi Covid-19. Ia memilih pulang kampung lantaran perusahaan tempat ia bekerja selama 14 tahun itu terdampak pagebluk.
“Mulanya saya berdagang mainan keliling, mangkal di hajatan-hajatan sampai ke Indramayu. Ternyata cukup untuk uang dapur saja,” katanya.
Sementara, Dede perlu mendulang pendapatan untuk biaya sekolah tiga orang putrinya. Bertani menjadi salah satu pilihan di depan mata.
“Hasilnya lumayan untuk menambah uang jajan sekolah anak,” katanya.
Pulang kampung tak cuma menjadi pilihan Dede. Ada pula Hikmat Gumelar, sastrawan yang baru-baru ini menerbitkan buku kumpulan puisi, Dari Penjaga Bumi ke Penyimpan Rahasia, kini kerap mudik ke Majalengka.
Bukan karena terpaksa, semarak literasi di kampung halamannya itulah justru yang menarik Hikmat untuk pulang. Dengan keahliannya, Hikmat ikut mengampuh kelas menulis yang dimotori Komunitas Kirik Nguyuh.
“Harapannya, sedikitnya gerakan literasi di Majalengka dapat membantu sebanyak mungkin warga kabupaten ini menemukan dan mengembangkan potensi dirinya dan lingkungannya,” kata dia.