Bisnis.com, CIREBON - Sebanyak 14.107 warga Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu berangkat menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) sepanjang semester I 2023.
Dari 14.107 warga yang berangkat, sebanyak 4.933 merupakan Kabupaten Cirebon dan 9.174 warga Kabupaten Indramayu.
Dua kabupaten di wilayah timur Jawa Barat ini menjadi salah satu kantong PMI terbesar di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), belasan ribu warga kedua kabupaten ini memilih 10 negara tujuan, yaitu, Taiwan, Hong Kong, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi, Turki, Singapura, Italia, dan Polandia.
Lima pekerjaan yang diambil oleh para PMI dari kedua kabupaten ini yakni, pembantu rumah tangga, pengasuh, buruh perkebunan, operator produksi, dan perawat lansia.
Bupati Cirebon Imron Rosyadi mengatakan, di balik tingginya remintansi untuk pembangunan negara, upaya perlindungan pada pekerja tersebut belum maksimal.
Sejumlah masalah yang dihadapkan para PMI di antaranya, kekerasan, jeratan utang, penipuan, penelantaran anak, perceraian, hingga gangguan kejiwaan.
"Kami pemerintah daerah meminta kepada pemerintah pusat memberikan sanksi tegas kepada penyalur pemberangkatan PMI yang tidak memberikan keamanan PMI," kata Imron di Kabupaten Cirebon, Selasa (25/7/2023).
Sementara itu, Bupati Indramayu Nina Agustina mengatakan pemerintah daerah berupaya menekan warga yang pernah menjadi PMI untuk kembali berangkat ke luar negeri.
Dalam upaya tersebut, Pemerintah Kabupaten Indramayu menggulirkan program Perempuan Berdikari (Peri) untuk memberikan keterampilan kepada mantan PMI.
“Program Peri merupakan sebuah program pemberdayaan ekonomi yang diberikan bagi perempuan purna PMI asal Indramayu. Kami berikan pelatihan kewirausahaan, pendampingan dan fasilitasi akses permodalan melalui perbankan yaitu dari BJB Cabang Indramayu," kata Nina.
Menurut Nina, program Peri nantinya bisa menghasilkan produk unggulan usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk menyambung hidup.