Bisnis.com, SUMEDANG -- Menjadi petani memang menjadi tantangan tersendiri bagi para Petani Milenial di komoditas tanaman hias di Kabupaten Sumedang.
Di balik potensi yang sangat besar, para petani muda ini belajar bagaimana memitigasi risiko dalam proses bisnis pertanian yang belakangan mulai dianggap kolot oleh sebagian orang di usia milenial.
Salah satunya adalah Qhisthy Arinal Haq, yang lebih dari satu tahun digembleng di program Petani Milenial milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini.
Mojang berusia 22 tahun asal Kabupaten Garut ini merasakan betul bagaimana dinamika ekosistem bisnis di dunia pertanian. Bukannya kapok, Qhisty malah semakin bulat tekadnya untuk menjadi bagian dari solusi masalah pertanian di tanah air.
Sejak 2022 lalu, tangan mungil Qhisty setiap harinya terbiasa memelihara tanaman-tanaman hias yang semula ia garap untuk dijual ke offtaker untuk diekspor.
Dari waktu ke waktu, tangan Qhisty semakin terampil setelah ia mendapat banyak pendampingan dan pelatihan untuk produksi tanaman hias hingga memiliki kualitas ekspor.
Setelah ia merasa cukup untuk menaikan level keterampilannya, ternyata tempaan muncul dari sisi penjualan, dimana di tahun pertama kelompoknya mampu menaikan level produksi, offtaker-nya berhenti menyerap hasil produksinya.
"Justru pembelajaran muncul setelah adanya dinamika itu. Dari kontrak 2 tahun dengan offtaker, kita diputus kontrak di tahun pertama," ungkap Qhisty kepada Tim Jelajah Petani Milenial 2023 Bisnis Indonesia, Rabu (24/5/2023).
Bukannya mengeluh seperti yang biasa dilakukan wanita seusianya, ia malah melawan balik dengan mengerahkan kemampuan yang ia dapat dalam pelatihan di program Petani Milenial.
"Kita kan diajarkan analisa pasar, melihat kesempatan, nah kita lakukan itu satu bulan sebelum offtaker memutus kontrak dengan kita," jelasnya.
Langkah solutif yang dilakukan olehnya, dengan sembilan orang lainnya di kelompok komoditas tanaman hias adalah dengan memroduksi bawang merah.
"Semula kan 28 orang, cuma ada seleksi alam, akhirnya kita bersepuluh langsung melihat potensi kebutuhan bawang merah yang tinggi, lalu kita produksi," ungkapnya.
Ilmu penanaman bawang merah pun ia dapat dari Petani Milenial lain yang sudah sukses di bidang tersebut, yakni dari Kelompok Tani Tricipta yang diketuai oleh Ujang Margana.
"Alhamdulillah kita diajarin dan diberi benih oleh Kang Ujang, dari hasil panen bawang merah ini yang membuat kita bertahan," ungkapnya.
Tak disangka, produksi bawang merah yang dilakukan kelompoknya disambut baik oleh warga sekitar produksinya, yakni UPTD Balai Pengembangan Benih Hortikultura dan Aneka Pasirbanteng, Jatinangor, Kabupaten Sumedang.
"Warga datang langsung ke sini, karena kan harga bawang lagi tinggi, kita jual agak di bawah harga pasar agar bisa membantu masyarakat juga," jelasnya.
Petani Milenial lainnya, Rafi Nur Azmi menambahkan, langkah produksi bawang merah tersebut bukan menjadi peta jalan dia dan kelompoknya untuk sukses di bidang pertanian.
Justru itu menjadi pijakan dari langkah besar yang tengah mereka tekuni. Yakni, merealisasikan pembentukan Agro Eduwisata.
Peluang tersebut terlihat lebih nyata setelah kelompoknya sukses menggaet investor masuk dalam budidaya melon premium yang menjadi pondasi konsep Agro Eduwisata yang digagas kelompoknya.
"Justru dengan permasalahan kemarin, kita Alhamdulillah bisa terus mencari solusi untuk kita bisa terus berkembang di bidang ini," jelasnya.
Bagi Rafi dan Qhisty capaian ini sudah menjadi capaian besar di antara perjalanannya di program Petani Milenial.
"Sesuai dengan target saya, saya masuk ke Petani Milenial ini semula memang bukan untuk bekerja atau mendapat gaji, tapi saya ingin mendapatkan ilmu bisnis di bidang pertanian dan juga relasi," ungkapnya.
Untuk itu, ia berharap program ini tidak selesai seiring dengan tuntasnya masa jabatan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di 2023 ini.
"Saya sudah merasakan dampaknya, semoga program ini menjadi awal yang baik bagi regenerasi petani di Indonesia," jelas pemuda 24 tahun ini.
Bisnis Indonesia perwakilan Jawa Barat kembali menggelar Program Jelajah Petani Milenial Juara. Kerja jurnalistik ini didukung oleh Humas Jabar dan Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Barat, Dinas Kehutanan Jawa Barat, Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat, Dinas Perkebunan Jawa Barat, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat, dan Bank BJB.