Bisnis.com, CIREBON - Kasus lumpy skin disease (LSD) di Kabupaten Cirebon terus bertambah. Tercatat, hingga Selasa (14/3/2023) ada 111 ekor sapi yang terkena penyakit baru tersebut.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, ratusan ekor sapi yang terpapar LSD ini menyebar di 19 wilayah Kabupaten Cirebon. Terjadi, sejak akhir 2022.
Belasan kecamatan tersebut yakni, Greged (1 ekor), Beber (15 ekor), Susukan Lebak (14 ekor), Dukupuntang (9 ekor), Gebang (33 ekor), Mundu (4 ekor), Pasaleman (2 ekor), Karangwareng (4 ekor), Pangenan (3 ekor), Pabuaran (5 ekor), Astanajapura (3 ekor), Babakan (7 ekor), Tengahtani (3 ekor), Plered (2 ekor), Gempol (1 ekor), Ciledug (2 ekor), Gunung Jati (2 ekor), dan Pabedilan (1 ekor).
Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, drh Encus Suswaningsih mengatakan, kasus LSD di wilayah kerjanya terus bertambah. Upaya proteksi dilakukan dengan cara vaksinasi.
Encus menyebutkan, dari ribuan ekor sapi, baru ada baru 300 ekor saja yang sudah mendapatkan proteksi tersebut. Selain itu dilakukan upaya pengobatan dan penyemprotan kandang sapi dengan cairan disinfektan.
“Pemerintah daerah kesulitan melakukan penyebaran LSD lantaran proses distribusi sapi dari luar kota melalui jalan tol. Sementara pos pemeriksaan ada di jalur arteri,” kata Encus di Kabuapaten Cirebon, Selasa (14/3/2023).
“Masyarakat tidak perlu panik lantaran daging dari sapi yang terkena LSD masih bisa dikonsumsi. Penyakit ini hanya menempel di kulit, daging bisa dimakan, tidak seperti PMK,” sambungnya.
Encus mengatakan, LSD merupakan penyakit kulit infeksius disebabkan oleh lumpy skin disease virus (LSDV) yang merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus capripoxvirus dan famili poxviridae.
Virus tersebut umumnya menyerang hewan sapi dan kerbau.
“Penularan LSD secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit, namun virus LSD juga diekskresikan melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu. Penularan juga dapat terjadi secara intrauterine,” kata Encus.
Penyakit LSD pertama kali dilaporkan di Zambia, Afrika pada 1929 dan terus menyebar di benua Afrika, Eropa dan Asia.