Bisnis.com, CIREBON - Sebanyak 83 ekor sapi di Kabupaten Cirebon ditemukan terjangkit lumpy skin disease (LSD). Upaya keras dilakukan pemerintah untuk menekan penyebaran penyakit tersebut.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, Rabu (8/3/2023), puluhan ekor sapi yang terpapar LSD ini menyebar di 15 wilayah Kabupaten Cirebon. Terjadi, sejak akhir 2022.
Belasan kecamatan tersebut yaitu, Greged (1 ekor), Beber (6 ekor), Susukan Lebak (14ekor), Dukupuntang (6 ekor), Gebang (33 ekor), Mundu (4 ekor), Pasaleman (2 ekor), Karangwareng (4 ekor), Pangenan (2 ekor), Pabuaran (1 ekor), Astanajapura (3 ekor), Babakan (3 ekor), Tengah Tani (2 ekor), dan Plered (1 ekor).
Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Encus Suswaningsih mengatakan terkait pencegahan LSD pihaknya saat ini tengah melakukan vaksinasi. Namun, baru 300 ekor saja yang sudah mendapatkan proteksi tersebut.
Selain vaksinasi, dalam upaya pencegahan LSD, Distan Kabupaten Cirebon pun melakukan upaya pengobatan dan penyemprotan kandang sapi dengam cairan disinfektan.
“Kebutuhan vaksin untuk sapi cukup banyak, karena jumlah populasi sapi di Kabupaten Cirebon cukup banyak, ada 5.700 ekor,” kata Encus di Kabupaten Cirebon, Rabu (8/3/2023).
Encus mengatakan, pemerintah daerah kesulitan melakukan penyebaran LSD lantaran proses distribusi sapi dari luar kota melalui jalan tol. Sementara pos pemeriksaan ada di jalur arteri.
Meskipun begitu, lanjut Encus, masyarakat tidak perlu panik lantaran daging dari sapi yang terkena LSD masih bisa dikonsumsi. “Penyakit ini hanya menempel di kulit, daging bisa dimakan, tidak seperti PMK,” kata Encus.
Encus mengatakan, LSD merupakan penyakit kulit infeksius disebabkan oleh lumpy skin disease virus (LSDV) yang merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus capripoxvirus dan famili poxviridae.
Virus tersebut umumnya menyerang hewan sapi dan kerbau.
“Penularan LSD secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit, namun virus LSD juga diekskresikan melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu. Penularan juga dapat terjadi secara intrauterine,” kata Encus.
Penyakit LSD pertama kali dilaporkan di Zambia, Afrika pada 1929 dan terus menyebar di benua Afrika, Eropa dan Asia.