Bisnis.com, GARUT - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jabar menilai Pemerintah Kabupaten Garut mengabaikan upaya mitigasi bencana. Daerah tersebut memiliki potensi bencana tinggi, salah satunya banjir bandang.
Direktur Eksekutif Walhi Jabar Meiki W Paendong mengatakan Kabupaten Garut pernah dilanda banjir bandang besar pada September 2016. Dalam kejadian tersebut, puluhan nyawa melayang.
Enam tahun berselang, tepatnya Jumat (15/7/2022), banjir bandang akibat limpasan dari Sungai Cimanuk kembali terjadi. Belasan ribu orang terdampak.
"Kalau dikaitkan kejadian ini kembali terulang, ada faktor pencegahan risiko tidak dilakukan oleh pemerintah daerah," kata Meiki saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (19/7/2022).
"Seharusnya, masyarakat dibantu oleh pemerintah untuk beradaptasi dengan risiko bencana. Sehingga, kalau bencana melanda risikonya kecil," bebernya.
Menurut Meiki, pemerintah daerah harus melakukan dua upaya untuk meminimalisir dampak bencana, yakni dengan pendekatan secara teknologi dan masyarakat.
Pendekatan secara teknologi, pemerintah daerah bisa memasang alat deteksi bencana di wilayah hulu Sungai Cimanuk.
Sementara, untuk pendekatan masyarakat, pemerintah daerah bisa menugaskan tim untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat secara luas bila terjadi. Sehingga bisa melakukan upaya antisipasi.
"Kami lihat hal ini tidak dilakukan oleh pemerintah daerah. Kejadian belum lama terjadi adalah bencana, karena menimbulkan kerugian materil dan berdampak kepada jiwa," katanya.
Banjir bandang Garut terjadi saat hujan deras mengguyur sejak Jumat (15/7/2022) malam pukul 20.00 WIB hingga Sabtu (16/7/2022) pagi.
Pemerintah Kabupaten Garut pun menetapkan status darurat bencana banjir bandang hingga 29 Juli 2022. Hal untuk mengantisipasi meluapnya Sungai Cimanuk
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan sebanyak 18.873 warga Kabupaten Garut, terkena dampak bencana banjir bandang dan tanah longsor. Kejadian banjir bandang dan longsor di Garut berdampak ke 14 kecamatan.
Belasan kecamatan tersebut yaitu, Cikajang, Tarogong Kidul, Pasirwangi, Cigedug, Bayongbong, Tarogong kaler, Samarang, Banyuresmi, Cibatu, Karangpawitan, Garut Kota, Cilawu, Banjarwangi, dan Singajaya.
Laporan dari lokasi kejadian, tercatat sebanyak 4.035 unit rumah terdampak dengan 11 unit diantaranya rusak berat, 13 kantor pemerintah rusak sedang, 10 kantor pemerintah rusak ringan, 2 unit fasilitas pendidikan rusak sedang, dan 3 unit fasilitas pendidikan rusak ringan.