Bisnis.com, BANDUNG – Praktisi dan akademisi dari lima negara mengikuti International Conference on Management in Emerging Markets (ICMEM) 2020 yang digelar Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) secara virtual pada 3-5 Agustus 2020.
Dekan SBM IT, Prof Utomo Sarjono Putro mengatakan, konferensi ini menghadirkan narasumber dari berbagai negara, termasuk praktisi dan akademisi terbaik dari Indonesia.
"Konferensi ini diikuti peserta lebih dari 200 peserta perwakilan dari Malaysia, Jepang, Vietnam, Thailand, serta Indonesia," ujar Utomo, dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Senin (3/8/2020).
Vice President Samsung Research Indonesia, Alfred Boediman yang menjadi keynote speaker di acara tersebut membahas tentang peluang karier para lulusan periset atau peneliti di dunia akademis dan industri, termasuk bagaimana menghadapi situasi pandemi.
"Dalam hal opportunity, kita harus bergerak cepat, fleksibel, dan dinamis untuk bisa beradaptasi dengan situasi pandemi saat ini," tutur Alfred.
"Ada berbagai hal yang masih terbuka untuk para lulusan riset. Misalnya penelitian dan kerja sama pada area data intelligence. Seperti pada domain analytics di area sales dan marketing, logistik, bahkan people analaytics, hingga tim pengajar yang ingin memperdalam kompetensinya."
Dia menjelaskan, Indonesia merupakan negara dan market yang besar. Indonesia juga memiliki SDM yang besar sehingga memiliki peluang yang besar juga.
ICMEM kelima ini mengangkat tema "Sustainable Development: Orchestrating Business to Respond to Society's latest Challenges".
Kegiatan yang dibuka Rektor ITB Prof Reini Wirahadikusumah ini menyajikan beberapa bahasan di hari pertamanya. Di antaranya sesi Talent Scouting dari 3 industri yaitu Unilever Indonesia, Star Energy Geothermal, dan Merck Life Sciences.
Mereka membahas pengelolaan talenta SDM khususnya pegawai muda atau Young Profesional, pengembangan pegawai dari awal, serta praktek internalisasi nilai-nilai di perusahaan.
Hadir juga narasumber Tri Mumpuni, Direktur Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) dan Professor Knut Hinkelmann dari FHNW Swiss yang berbicara mengenai Sustainable Human Capital.