Bisnis.com, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjadikan industri tekstil dan produk tekstil menjadi salah satu industri yang diprioritaskan terus berkembang.
Pasalnya industri ini memiliki peran yang strategis dalam perekonomian, dengan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar, menyumbang devisa, serta sebagai industri yang diandalkan untuk memenuhi kebutuhan sandang nasional khsusunya di Jawa Barat.
Terlebih kontribusi industri tekstil terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa barat pada 2016-2017 secara berturut-turut adalah sebesar 6,36% dan 6,24%. Angka ini tercatat tumbuh dengan laju pertumbuhan setiap tahunnya berada di angka 3,25% dan 3,58%.
Di sisi lain, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat tahun 2018 di pencapaian tahun 2017 industri tekstil di Jawa Barat juga berhasil menarik investasi yang mencapai Rp8,3 triliun. Capaian ini berasal dari 364 proyek dan berhasil menyerap tenaga kerja sebanyak 25.243 orang.
Sekertaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Iwa Karniwa menyampaikan Pemerintah pusat melalui kementerian Perindustrian akan fokus melakukan revitalisasi industri tekstil pada sektor hulu, seperti benang, kain, pencelupan, dan sebagainya. Pasalnya impor bahan baku tekstil di Indonesia masih cukup tinggi. Selain itu, industri garmen atau pakaian jadi dalam negeri pun sudah cukup mampu berdaing secara global.
Apalagi Iwa menyebut, Kemenperin berencana melanjutkan kembali program revitalisasi industri tekstil setelah program ini sempat diberhentikan pada 2015 untuk dievaluasi. Setelah dilakukan evaluasi, program revitalisasi untuk mesin dan peralatan tekstil ternyata dinilai sangat efektif dalam mendorong pertumbuhan industri tekstil, terutama dalam meningkatkan utilisasi.
"Pemerintah pusat telah berkomitmen untuk melanjutkan program revitaslisasi industri tekstil pada tahun ini. Selain itu, senjelang hari raya lebaran di mana selalu terjadi kenaikan permintaan produk tekstil, kita semua berharap ini dapat menjadi momentum agar produk lokal khususnya Jawa Barat mampu menguasai pasar domestik," ungkap Iwa di sela Focus Group Discussion (FGD) Revitalisasi Industri Tekstil dan Pakaian di Provinsi Jawa Barat, Selasa (26/3).
Iwa juga menilai revitalisasi industri tekstil juga akan memasuki babak baru. Lantaran pemerintah pusat melalui roadmap making Indonesia 4.0 telah menetapkan industri tekstil dan pakaian menjadi salah satu dari lima sektor usaha yang diprioritaskan untuk menerapkan teknologi canggih, seperti kecerdasan buatan, robot canggih, 3D printing, dan sebagainya agar siap memasuki revolusi industri 4.0.
"Indonesia di 2045 akan menjadi lima terbaik dalam sektor indusdtri bruto. Tapi syaratnya tiga. syarat pertama pertimbuhan ekonomi yang spartan di atas 5 persen sampai 2045. Artinya pertumbuhan ekonominya harus yang berkualitas baik menurunkan pengangguran, kemiskinan, kesenjangan sosial, dan bisa meningkatkan taraf pendidikan," lanjut Iwa.
Oleh karena itu, Iwa menilai jika seluruh stakeholder di industei ini bisa bekerja sama maka pertumbuhan perekonomian di Jawa barat bisa di atas rata-rata. Tetapi Jawa Barat pun Kata Iwa harus bisa menjaga agar tidak terjadi inflasi. Hal ini supaya pertumbuhan ekonomi bisa mendorong dan menurunnya angka kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial.
"Maka gak ada jalan lain, pertumbuhan ini harus didorong, melihat APBN/APBD digelontorkan 9 persen tapi tetap kita harus bisa berpikir out of the box, dengan cara meningkatkannya melalui business to bussines untuk meningkatkan pembangunana infrastruktur," katanya.
Pasalnya, upaya pendekatan business to bussines pun harus dilakukan untuk memberikan waktu terhadap fasilitas pendorong untuk menyatukan antara suplay dan demand. Apalagi Pemprov Jabar sebagai pemerintah akan memfasilitasi dan memberikan jalan solusi.
"Targetnya bagaimana kesiapan teman-teman di industri ini. Prinsipnya kita sudah mulai melakukan sosialisasi dan kita ingin membuat master plan yang baik. Kita harus ada lompatan untuk pembangunan kita yang terstruktur dan sistemik. Karena kekalahan kita dalam daya saing adalah tidak terintegrasi secara baik di pola transformasi kita sehingga terjadi high cost economy," katanya
Meski demikian, Iwa menyebut ekspor terbesar di Jawa abarat adalah di sektor tekstil. Alhasil pihaknya bakal mendorong industri padat karya agar bisa diarahkan pada lahan 3.448 hektare segitiga rebana. Diketahui Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan menggabungkan tiga kawasan yaitu Patimban, Kertajati dan Cirebon menjadi kawasan khusus yang diberi nama Segitiga Rebana (Cirebon, Patimban, Kertajati).
Ia menyebut Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati merupakan batas paling selatan segitiga tersebut. Batas utaranya Pelabuhan Patimban dan batas timurnya Pelabuhan Cirebon. Direncanakan, Segitiga Rebana akan terwujud pada 2021. Kelak jika Segitiga Rebana terealisasi semua industri padat karya di sepanjang DAS Citarum pindah ke kawasan tersebut. Dengan begitu pencemaran limbah di DAS Citarum, bisa diminimalisir
"Kita akan dorong di samping resolusi Citarum Harum karena ada beberapa cara. Maka kita akan dorong supaya nanti menawarkan kepada industri padat karya khususnya alas kaki dan juga tekstil dan pakaian untuk bisa secara bersama kita relokasi ke sana, masuk ke Segitiga Rebana. Sedangkan untuk arah city sendiri kita buatkan masterplan 3.448 hektare dan bandara sendiri kita dorong 1.800 hektare. Jadi bandara ini lebih besar dari Bandara Sooekarno-Hatta," katanya.
Apalagi dari sisi luasan kawasan, Iwa menilai harus dibebaskan langsung sekaligus secara modular sesuai kemampuan cash flow dan pembayaran kapasitas ekonomi nantinya sehingga kemudian hal ini bisa menjadi solusi. "Jadi solusi Citarum selesai, dan industri juga mendapatkan upah yang wajar dari di mana tempat lokasinya berada," katanya.
Sementara itu, Iwa menyampaikan, Pemprov Jabar sedang mencoba melaksanakan pembangunan infrastruktur pendukung seperti infrastruktur jalan tol Cisundawu, Kertajati, akes Cipali dan pembebasan lahan. Sehingga dengan adanya pelaksanaan teraebut diharapkan pembangunan infrastruktur jalan tol bisa tuntas di 2020.
"Kita juga akan dorong supaya nanti para pegawai mendapatkan rumah hunian yang layak tempat terdekat sehingga dia mendapatkan biaya hidup yang menjadi rendah, dan upah relatih wajar. Karena ini harus kita sesuaikan karena jumlah penduduk kita di Jabar saja sudah 50 juta, gak ada jalan lain selain pertumbuhan ekonomi akan kita dorong dan pertahanlan di atas rata-rata nasional," tuturnya.
Meski demikian, Iwa menyebut pertumbuhan Jawa Barat di desember 2018 mencapai 5,4 persen. Dengan kata lain Jawa Barat bisa menjaga Inflasi. Bukan hanya itu, Investasi pun bisa terbayar Meningaktkan daya saing daerah melalui peningkataan SDM yang diharapkan pula kian tmbuh spartan.
"Alhamdulillah petumbuhan di Jabar terus meningkat sehingga diharapkan produk industri bruto bisa menjadi yang paling besar dan dengan demikian maka kita, Jawa Barat bisa menjadi penopang utama majunya Indonesia ke depan," Ujarnya. (K34)