Sejak 2015, mayoritas karyawan PT Chitose Internasional Tbk tak lagi sekadar berstatus sebagai buruh produsen produk furnitur ternama itu, melainkan pula selaku pemilik perusahaan.
Lewat program menabung saham yang digagas Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan yang berbasis di Cimahi, Jawa Barat tersebut mengedukasi dunia bursa kepada para karyawan. Hal pertama yang diburu para karyawan setelah melek bursa adalah memiliki saham perusahaan tempat bekerja.
Kini, sebanyak 430 orang karyawan perusahaan berkode saham CINT itu merupakan investor. Jumlah itu setara 86% dari 500 orang jumlah total karyawan CINT.
Sekretaris Perusahaan CINT Helina Widayani menuturkan, berkat edukasi dunia bursa oleh BEI dan para ahli, membuat para karyawan bergairah. Lebih-lebih, terbuka kesempatan bagi mereka ikut memiliki perusahaan.
Saat ini, 30% saham CINT dipunyai publik. Sedangkan pemegang saham pengendali yaitu PT Tritirta Inti Mandiri.
“Kepemilikan saham karyawan dikoordinasikan juga oleh koperasi,” terang Helina.
Dengan kepemilikan saham, para karyawan berhak mengetahui seluk beluk strategi dan kondisi terkini perusahaan. Para karyawan itu hadir dalam tiap Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Direktur Utama CINT Dedie Suherlan mengungkapkan lewat kepemilikan saham, para karyawan selayaknya terpacu untuk meningkatkan kinerja. Selain berpeluang menikmati hasil jerih payah dalam bentuk upah, profit perusahaan pun bisa kembali dicicipi melalui keuntungan dividen.
Hal lebih penting lainnya yaitu melalui mekanisme RUPS, para karyawan dengan mudah mengikuti alur rencana perusahaan di masa mendatang. “Mereka secara langsung menyaksikan bagaimana pemaparan terkini terkait kinerja perusahaan, lantas kebijakan dan strategi yang disusun dan diputuskan dalam RUPS,” ungkap Dedie.
Lebih jauh, karyawan cum pemilik itupun secara langsung dapat mengawasi tindak tanduk direksi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. “Mereka bisa membandingkan rencana strategi yang diputuskan dalam RUPS dengan kinerja harian para direksi,” tambah Dedie.
Secara tidak langsung, sewaktu para karyawan memegang saham perusahaan, maka menambah berkah bagi kinerja CINT. Masing-masing karyawan mampu meningkatkan kesejahteraan seiring dengan kinerja moncer perusahaan.
Selain itu, kini para karyawan juga aktif memburu saham-saham untuk dijadikan bekal investasi masa depan. Dari sebanyak 430 orang investor yang merupakan karyawan, sekitar 300 orang merupakan investor aktif di bursa.
Didie mengungkapkan sosialisasi dan edukasi kepada para karyawan memakan waktu setahun. Setelah itu, katanya, para karyawan mulai aktif menjadikan pasar saham sebagai salah satu pilihan memarkir dana.
Direktur BEI Nicky Hogan mengamini berkat kemauan direksi CINT, kini terdapat tambahan investor saham dari wilayah Jawa Barat. Menurutnya, hal yang dilakukan perusahaan patut ditiru perusahaan atau emiten lainnya.
“Sehingga karyawan juga sekaligus bos karena mereka pemilik,” ungkapnya.
GALERI
Bersamaan dengan kiprah positif CINT dalam memompa jumlah investor saham, BEI bekerjasama juga dengan PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk. mendirikan galeri investasi. Pendirian galeri itu merupakan perdana yang langsung berada di komplek perusahaan terbuka atau emiten.
Dedie mengatakan lewat pendirian galeri itu, CINT memperluas jangakauan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Dari yang tadinya sebatas karyawan diajak bermain saham, kini kami membuka kesempatan juga bagi masyarakat, terutama dari wilayah Cimahi,” kata Didie.
Dia mengatakan pasar saham merupakan opsi yang realistis buat masyarakat mencicipi kue keuntungan ekonomi. “Itu selaras dengan visi perusahaan,” ungkapnya.
Pendirian galeri investasi itupun diharapkan mampu mempersempit modus investasi bodong yang marak di wilayah Jabar. Selama ini, masyarakat dinilai kerap dikelabui dengan iming-iming keuntungan perusahaan investasi fiktif, karena tidak adanya saluran edukasi maupun sosialisasi dunia investasi.
Kepala Bagian Pengawas Pasar Modal OJK KR 2 Jabar Chandra Nyata Kusuma berharap keberadaan galeri investasi yang pertama berdiri di Cimahi itupun mengikis jumlah kasus penipuan berkedok investasi. “Dana yang menguap akibat aksi investasi bodong itu telah mencapai Rp127 miliar hingga kini,” katanya.
Terlebih lagi, galeri itupun merupakan gerbang bagi perusahaan sekitar untuk menyerap pendanaan dari lantai bursa. Apalagi, kata Chandra, sejauh ini pihak OJK telah memiliki aturan terkait pendanaan bagi perusahaan level menengah bawah.
“Untuk kelas UKM pun sudah terbuka di bursa, jadi bisa dimanfaatkan galeri ini untuk usaha masyarakat sekitar,” katanya.
Di sisi lain, Nicky Hogan mengungkapkan dengan penambahan galeri investasi itu, jumlah investor saham di Jabar yang hingga kini berjumlah 100.000 SID (single investor indentification), bakal meningkat minimal 25% pada tahun ini. “Di Jabar galeri sudah ada di pasar tradisional seperti di Tasikmalaya, kampus-kampus, dan sekarang di perusahaan tempat karyawannya bermain saham,” tutupnya.