Awal tahun ini inflasi sudah menunjukkan tensi yang cukup tinggi di Jawa Barat. Inflasi gabungan Jawa Barat 2018 yang terdiri dari 7 kota yaitu Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok dan Kota Tasikmalaya sudah mencapai 1,19 %. Inflasi di Jawa Barat sangat penting karena mempunyai bobot siginifikan terhadap inflasi nasional secara keseluruhan.
Target inflasi tahun 2018 yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 3,5% (±1%). Inflasi sejatinya bukan sesuatu yang harus ditakuti, inflasi hanya harus dikendalikan bukan dihilangkan. Dengan adaya inflasi bisa memperlihatkan peningkatan permintaan terkait komoditi di masyarakat, juga menjadi indikator perekonomian di suatu wilayah. Inflasi tinggi di awal tahun 2018 memang sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beras yang masih berlangsung sejak akhir tahun.
Januari 2018 inflasi beras bahkan mencapi 10,66%, dan masih berlanjut sampai Februari sebesar 0,47%. Karena beras merupakan komoditi yang mempunyai bobot besar, maka kenaikan sekecil apapun akan sangat berpengaruh. Ketika belum memasuki panen otomatis stok beras akan menurun dan ini yang menyebabkan harga mulai naik dipasaran. Kenaikan tidak terjadi pada beras di pasar konsumen saja, tetapi terjadi juga pada harga gabah di petani sampai beras di penggilingan. Hal ini wajar sesuai hukum ekonomi ketika permintaan tetap tetapi suplai menurun maka akan terjadi kenaikan harga.
Tetapi ketika suplai kembali normal maka harga akan kembali turun menyesuaikan dengan permintaan. Inflasi yang terjadi karena siklus seperti ini semestinya bisa diantisapasi jauh hari karena ini adalah pola yang berulang setiap tahunnya. Jangan sampai ada pihak yang memanfaatkan siklus ini untuk kepentingan pribadi seperti menimbun beras yang bisa berimbas stok beras di pasar semakin kurang.
Pendorong inflasi awal tahun ini bukan hanya beras. Ada komoditi lain yang seringkali hadir sebagai pendorong inflasi di Jawa Barat. Dua bulan terakhir komoditi cabe rawit dan cabe merah juga menunjukan kenaikan. Selain itu kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) non subsidi dan kenaikan tarif tol cipularang juga bisa mendorong inflasi komoditi tersebut. Bahkan jika tidak diantisipasi bisa berakibat kepada kenaikan komoditi lainnya yang berhubungan langsung dengan penggunaan BBM dan jalan tol.
Selain itu cuaca sekarang ini sedang tidak menentu, dimana terjadi banjir di beberapa sentra pertanian bahkan di jalan utama distribusi barang di Jawa Barat. Hal ini bisa mempengaruhi pasokan barang di pasar, yang jika terganggu bisa berakibat kenaikan harga komoditi lainnya.
Pemerintah tentu saja mempunyai peluang menahan inflasi di awal 2018 ini dalam dua bulan kedepan. Panen raya yang sudah mulai terjadi di bulan Februari bisa menjadi faktor turunnya harga beras di pasar sehingga bisa berpengaruh terhadap turunnya inflasi di Jawa Barat.
Ketika harga beras sudah mulai turun biasanya komoditi lain juga relatif stabil. Bulan maret dan April adalah waktu yang cukup krusial untuk menahan laju inflasi tahun 2018 ini jika ingin target inflasi 3,5% (±1%) tercapai. Karena jika dua bulan kedepan gagal menahan laju inflasi maka akan semakin berat mencapai target inflasi yang sudah ditetapkan tahun ini.
Bulan Mei dan Juni akan ada hari raya yaitu Ramadhan dan Idul Fitri. Dimana pada momen ini walaupun pasokan barang cukup, biasanya tetap akan ada kenaikan harga pada komoditi tertentu. Jika tidak diantisipasi khawatir akan terjadi kenaikan harga yang liar dan menyebabkan kepanikan di masyarakat. Kemudian bulan Juli dan Agustus adalah periode tahun ajaran baru yang biasanya disitu juga ada kenaikan harga di kelompok pendidikan dan kelompok perlengkapan pendidikan.
Maka daripada itu dibutuhkan langkah antisipasi dan kebijakan yang tepat dari pihak terkait agar target inflasi tahun ini tetap tercapai. Dengan segala pengalamanyang ada hal ini sepertinya tidak terlalu sulit karena setiap fenomena yang terjadi adalah siklus tahunan yang sudah seringkali dihadapi oleh pemerintah. Semoga tensi tinggi inflasi hanya di awal tahun saja dan kembali normal sampai akhir 2018.
Penulis:
Muhamad Rikiansyah, S.IKom
Humas Di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat