Bisnis.com, BANDUNG -- Ilmuwan berhasil menemukan 60 bangkai kapal kuno di dasar Laut Hitam yang diperkirakan berumur 2.500 tahun. Anehnya, puluhan kapal itu masih utuh.
Dilansir Daily Mail, puluhan kapal termasuk kapal perang dari kerajaan Romawi, Bizantium dan Ottoman tersebut ukirannya tetap utuh meski sudah berabad-abad. Sementara tali yang dipelihara dengan baik ditemukan di atas kapal Romawi berusia 2.000 tahun.
Para ilmuwan menggunakan robot bawah laut untuk menyurvei dampak perubahan iklim di sepanjang pantai Bulgaria. Karena Laut Hitam hampir tidak mengandung cahaya atau oksigen, hanya sedikit kehidupan yang dapat bertahan.
Hal tersebut membuat bangkai kapal tersebut dalam kondisi yang baik. Penemuan kapal itu, kata para peneliti, merupakan hal yang tidak tertandingi.
Karena, peneliti berdalih banyak kapal yang memiliki fitur yang tidak hanya diketahui dari gambar atau deskripsi tertulis saja tetapi juga belum pernah dilihat sampai saat ini.
“Beberapa kapal yang kami temukan hanya terlihat di mural dan mosaik sampai saat ini. Ada 1 kapal dagang abad pertengahan di mana menara di haluan dan buritan cukup banyak masih ada,” kata Ed Parker, CEO Black Sea MAP.
Sebagian besar kapal yang ditemukan berusia sekira 1.300 tahun, namun yang tertua berasal dari abad ke-4 SM. Banyak rincian dan lokasi kapal dirahasiakan oleh tim untuk memastikan bangkai kapal tersebut tidak terganggu.
Proyek penelitian ini dikenal sebagai Proyek Arkeologi Bahari Laut Hitam (Black Sea MAP) dan melibatkan sebuah tim internasional yang dipimpin oleh University of Southampton Center for Maritime Archaeology.
Ekspedisi tersebut telah menjelajahi perairan 1.800 meter di bawah permukaan Laut Hitam sejak 2015 dengan menggunakan kapal lepas pantai yang dilengkapi beberapa peralatan bawah laut paling maju di dunia.
Peneliti berencana untuk mengangkut kapal-kapal tersebut atau membuat cagar bangkai kapal itu. "Kumpulan (kapal) ini harus terdiri dari salah satu museum air laut terbaik dan pelayaran di dunia." kata Pemimpin proyek Profesor Jon Adams, dari Universitas Southampton.