Bisnis.com, BANDUNG -- Para peneliti gabungan dari University of Manchester, Cambridge dan Institute of Geosciences di Universitas São Paulo menemukan sekumpulan fosil terkecil di dunia, di wilayah Corumbá Brasil barat.
Namun, fosil yang ditemukan bukan berupa sisa fisik melainkan organisme. Yaitu lintasan dan liang yang ditinggalkan oleh organisme hidup yang diciptakan oleh organisme seperti nematoid.
Nematoid serupa dengan cacing gelang modern yang menggunakan gerakan bergelombang untuk bergerak melalui sendimen sehingga meninggalkan jejak fosil.
Penemuan di dekat perbatasan Bolivia itu berukuran 1 mikrometer atau seperseribu milimeter. Hal tersebut membuktikan bahwa makhluk yang membuatnya hanya sebesar 1 helai rambut manusia yang kisarannya antara 40 sampai 300 mikron.
Untuk memvisualisasikan fosil dari organisme kecil tersebut, para peneliti menggunakan teknik yang disebut mikrotomografi sinar-X. Teknik tersebut akan menciptakan model 3D virtual tanpa harus menghancurkan objek aslinya.
Peneliti dari Manchester School of Earth and Environmental Sciences, Dr Russell Garwood mengatakan, penemuan ini bisa dikatakan menarik karena usia batuan. Fosil ditemukan di lapisan batu yang sebenarnya.
"Ini fosil yang sangat kompleks dan tentunya sangat tua. Setidaknya itulah yang diperkirakan oleh semua catatan penemuan fosil selama ini," kata Dr Russell Garwood.
Jejak fosil ditemukan kembali pada periode geologis dan evolusioner yang dikenal sebagai transisi Ediacaran-Cambrian. Inilah saat periode Ediacaran, yang membentang 94 juta tahun dari akhir periode Kriogenia, 635 juta tahun yang lalu, memasuki periode Kambrium sekitar 541 juta tahun yang lalu.
Ini berarti fosil tersebut jauh lebih tua dari dinosaurus yang hidup antara 230 dan 65 juta tahun yang lalu di Era Mesozoikum. Transisi Ediacaran-Kambrium sendiri dipandang sebagai periode yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan dan teori evolusioner.
"Peristiwa evolusioner selama transisi Ediacaran-Cambrian tidak ada bandingannya dalam sejarah bumi," kata Dr Garwood seperti dilansir Daily Mail.
Menurut peneliti lain, Luke Parry, penelitian yang diterbitkan oleh Nature Ecology and Evolution ini menunjukkan bahwa organisme ini memiliki kompleksitas yang disebut bilaterians.
"Fosil ini menujukkan kompleksitas. Ini ada sekitar 550 juta tahun lalu. Dan mereka ini mungkin telah diabaikan sebelumnya karena mereka ini sangat kecil," ungkapnya.