Bisnis.com, GARUT- Dinas Kesehatan Kabupaten Garut menyatakan, satu orang korban dalam insiden kericuhan saat Pesta Rakyat pernikahan anak Gubernur Jawa Barat di Pendopo Garut hingga Rabu (23/7/2025) masih dirawat di RSUD dr. Slamet Garut tanpa identitas yang jelas.
Kepala Dinas Kesehatan Garut, Leli Yuliani, menjelaskan, korban merupakan laki-laki paruh baya yang belum dapat memberikan keterangan lengkap terkait asal-usulnya.
"Jadi, ini masih dicari keluarganya. Ketika ditanya, dia menjawab bukan orang Garut. Sempat menyebut Sumedang, tapi belum bisa dipastikan," ujar Leli, Rabu (23/7/2024).
Korban tersebut mengalami sesak napas akibat desak-desakan saat pembagian makanan gratis dalam acara Pesta Rakyat pada Jumat (18/7/2025). Selain itu, pasien juga memiliki riwayat penyakit penyerta berupa gangguan jantung dan paru-paru. Kondisinya kini masih dalam pemantauan tenaga medis.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Garut, total ada 30 orang yang menjadi korban akibat kerumunan massa saat pembagian makanan dalam acara yang digelar sebagai bagian dari pernikahan Wakil Bupati Garut dengan anak Gubernur Jawa Barat.
Dari jumlah tersebut, 20 orang sempat dirujuk ke RSUD dr. Slamet Garut, sementara sebagian besar telah diperbolehkan pulang.
Baca Juga
“Hingga saat ini hanya satu pasien yang masih dirawat. Dia satu-satunya yang belum diketahui identitas dan alamatnya secara pasti,” tambah Leli.
Dinkes menyebutkan massa yang menghadiri acara tersebut tidak hanya berasal dari Garut, tetapi juga datang dari berbagai daerah di Jawa Barat dan Jakarta. Hal ini memperumit proses identifikasi korban yang masih dirawat.
Meski korban diduga bukan warga Garut, seluruh biaya pengobatan tetap ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten Garut. “Ditanggung semuanya, tidak dibeda-bedakan,” jelas Leli.
Sebelumnya, tiga orang meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka-luka dalam insiden kericuhan saat pesta rakyat pernikahan anak Gubernur Jawa Barat dan Wakil Bupati Garut yang digelar di kawasan Alun-alun Otista, Garut Kota, Jumat (18/7/2025).
Peristiwa terjadi akibat lonjakan massa yang tidak terkendali setelah salat Jumat, ketika warga mulai memadati lokasi pembagian makanan gratis.
Menurut keterangan sejumlah saksi, sejak pagi area Alun-alun Otista sudah dipadati ribuan warga yang datang dari berbagai wilayah. Mereka tertarik menghadiri pesta rakyat yang menjanjikan pembagian makanan gratis, panggung hiburan, dan acara terbuka lainnya.
“Setelah salat Jumat, makin banyak orang. Banyak orang tua dan anak-anak ikut antre. Tapi tidak ada pengaturan jalur masuk, semua langsung saling dorong ketika pintu dibuka,” kata salah seorang warga.
Desakan yang terjadi di area pembagian konsumsi dan panggung hiburan menyebabkan beberapa warga jatuh dan terinjak-injak.
Kepolisian dan pihak medis mengonfirmasi tiga korban jiwa dalam kejadian tersebut. Korban pertama adalah Vania Aprilia, anak perempuan berusia delapan tahun asal Kelurahan Sukamentri, Garut Kota.
Kedua adalah Dewi Jubaedah, seorang perempuan lanjut usia berumur 61 tahun. Korban ketiga merupakan anggota Polri, Bripka Cecep Saeful Bahri, berusia 39 tahun.