Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menjelajahi Napak Tilas Wali di Cirebon: Ini Wisata Religi untuk Libur Tahun Baru Islam

Dari makam sunan gunung jati, hingga Masjid Agung Sang Cipta Rasa, ini rekomendasi wisata Religi untuk Libur Tahun Baru Islam
Makam Sunan Gunung Jati/indonesiakaya
Makam Sunan Gunung Jati/indonesiakaya

Bisnis.com, CIREBON- Tahun Baru Islam menjadi momen yang tepat untuk merenung, mendekatkan diri pada nilai-nilai spiritual, sekaligus menyusuri jejak sejarah Islam di tanah Jawa. 

Kota Cirebon, sebagai salah satu pusat penyebaran Islam sejak abad ke-15, menawarkan beragam destinasi wisata religi yang tidak hanya sarat makna, tetapi juga menyajikan arsitektur, budaya, dan keramahan masyarakat yang unik. 

Berikut rekomendasi tempat-tempat religi di Cirebon yang layak dikunjungi selama libur panjang 1 Muharram.

1. Makam Sunan Gunung Jati

Komplek Makam Sunan Gunung Jati menjadi tujuan utama wisata religi di Cirebon. Terletak di Desa Astana, Kecamatan Gunungjati, lokasi ini merupakan tempat peristirahatan terakhir dari Syarif Hidayatullah, salah satu Wali Songo dan tokoh sentral dalam penyebaran Islam di Jawa Barat. Di hari-hari tertentu, ribuan peziarah datang untuk berdoa dan meminta berkah.

Arsitektur kompleks makam ini memadukan unsur Jawa, Tionghoa, dan Arab yang tampak dari bentuk gapura, ornamen kaligrafi, hingga relief pada dinding batu. 

Terdapat sembilan pintu menuju area utama, namun masyarakat umum hanya diizinkan sampai gerbang ketiga bernama Pasujudan. Di sini, pengunjung bisa bersimpuh, membaca doa, dan menyerap atmosfer spiritual yang kental.

Suasana di sekitar makam tertata rapi, dengan pedagang yang menjajakan bunga tabur, dupa, hingga buku doa. Warga sekitar pun berperan aktif menjaga kebersihan dan ketertiban kawasan, membuat pengalaman ziarah menjadi nyaman. 

Desa Astana juga pernah menerima penghargaan sebagai desa wisata religi, menjadikannya contoh sinergi antara pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi.

Tak hanya untuk umat Islam, kawasan ini juga kerap dikunjungi peneliti sejarah dan budaya karena menyimpan banyak manuskrip kuno dan artefak penting dari era Kesultanan Cirebon. Mengunjungi makam ini bukan sekadar berziarah, tapi juga mengenali lebih dalam peran Cirebon dalam jaringan dakwah Nusantara.

2. Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Berdiri megah di jantung kota, tepat di alun-alun Keraton Kasepuhan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa adalah salah satu masjid tertua di Indonesia, dibangun pada 1489. 

Dibangun oleh Sunan Gunung Jati dengan melibatkan arsitek dari Demak dan Majapahit, masjid ini mencerminkan semangat persatuan antar daerah dalam menyebarkan Islam.

Yang membedakan masjid ini adalah pintu masuknya yang rendah, sehingga setiap jamaah yang masuk harus menunduk. Filosofinya sederhana namun dalam: setiap orang harus rendah hati di hadapan Sang Khalik. Arsitektur atap tumpang tiga dan dinding kayu ukir menjadi bukti kecanggihan estetika pada masanya.

Di setiap Jumat, tradisi unik bernama "Azan Pitu" (tujuh muazin) tetap dilestarikan. Tujuh orang muazin mengumandangkan azan secara bersamaan, menciptakan resonansi spiritual yang menyentuh. Banyak pengunjung datang khusus untuk menyaksikan tradisi ini karena hanya ada di Cirebon.

Tempat wudhu di area ini juga menarik perhatian karena airnya konon dipercaya membawa keberkahan dan kesembuhan. Tidak sedikit peziarah yang membawa pulang air wudhu dalam botol kecil sebagai simbol harapan.

Masjid Sang Cipta Rasa bukan hanya tempat ibadah, tapi juga cagar budaya yang menjembatani masa lalu dan kini. Setiap ukiran, tiang, dan lantai masjid menjadi saksi bisu perjalanan panjang dakwah Islam di Cirebon.

3. Masjid Merah Panjunan

Tak jauh dari pusat kota, berdiri Masjid Merah Panjunan yang khas dengan dinding bata merah tanpa plester. Masjid ini didirikan oleh Pangeran Panjunan, murid Sunan Gunung Jati, sekitar tahun 1480. Bentuknya sederhana namun memiliki daya tarik estetika yang kuat.

Masjid ini menjadi simbol percampuran budaya Jawa, Hindu, dan Persia yang tercermin dari bentuk jendela lengkung, pintu kayu berukir, serta penataan ruang dalam masjid yang menghadap kiblat dengan akurat. Meski kecil, masjid ini selalu ramai oleh peziarah maupun wisatawan yang tertarik dengan sejarah arsitekturnya.

Berbeda dengan masjid besar lainnya, suasana di Panjunan terasa lebih intim dan khidmat. Pengurus masjid pun terbuka menerima pertanyaan dari pengunjung seputar sejarah masjid dan peninggalan yang ada.

Keunikan lainnya adalah ukiran kaligrafi kuno pada dinding dan mimbar kayu asli yang masih dipakai hingga kini. Tak jarang fotografer dan pecinta sejarah datang ke masjid ini hanya untuk mengabadikan detail-detail arsitekturalnya.

Di sekitarnya, pengunjung dapat menjumpai perajin keramik khas Panjunan dan pedagang kuliner tradisional. Wisata ke masjid ini pun memberi tambahan pengalaman budaya yang lengkap.

4. Petilasan Sunan Kalijaga

Berlokasi di kawasan Kalijaga, petilasan ini dipercaya sebagai tempat singgah Sunan Kalijaga saat berdakwah di Cirebon. Tempat ini dilengkapi dengan taman rindang, masjid kecil, serta keberadaan puluhan kera jinak yang berkeliaran di sekitar area.

Petilasan ini menawarkan suasana teduh dan damai, jauh dari hiruk-pikuk kota. Banyak pengunjung datang untuk menyepi, berzikir, atau sekadar merenung di bawah pohon besar yang menaungi area ini. Nuansa spiritual bercampur harmoni dengan alam.

Terdapat pula sumur tua yang dikenal sebagai "Sumur Wasiat". Masyarakat percaya air dari sumur ini membawa keberkahan, terutama bagi mereka yang berniat baik atau sedang menempuh hajat besar.

Kehadiran kera-kera liar yang jinak menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi anak-anak. Namun pengunjung tetap diimbau menjaga ketertiban dan tidak mengganggu satwa liar yang telah menyatu dengan kawasan religi ini.

Meski tidak semegah destinasi lain, petilasan Sunan Kalijaga menyajikan pengalaman ziarah yang lebih personal. Lokasi ini seakan menjadi tempat yang pas untuk merajut doa dalam kesunyian alam.

5. Sindang Pancuran & Makam Syekh Magelung: 

Di Desa Kapetakan, tersembunyi dua situs religi yang mulai banyak dikunjungi: Sindang Pancuran dan Makam Syekh Magelung Sakti. Sindang Pancuran dikenal memiliki tujuh mata air yang konon mengandung unsur spiritual. Banyak peziarah datang untuk mandi atau mencuci muka sebagai simbol pensucian diri.

Tempat ini dilengkapi petilasan-petilasan kecil, bangunan tua dari batu andesit, dan pancuran dengan ukiran khas Sunda klasik. Setiap pancuran dinamai sesuai filosofi kehidupan: "Suci", "Sabar", "Ikhlas", dan lainnya. Rangkaian pancuran ini diyakini menyimbolkan perjalanan spiritual manusia.

Sementara itu, Makam Syekh Magelung berada tidak jauh dari sana. Beliau dikenal sebagai pendekar sekaligus ulama sakti yang ikut menyebarkan Islam pada masa awal Cirebon berdiri. Makam ini masih dijaga oleh juru kunci keturunan langsung, yang dengan ramah menyambut peziarah.

Banyak cerita mistis dan legenda lokal terkait sosok Syekh Magelung, mulai dari ilmu kanuragan hingga kesaktian mengalahkan penjajah. Namun yang paling menonjol adalah ajarannya tentang kesederhanaan dan keteguhan hati.

Berwisata ke lokasi ini menawarkan dua hal sekaligus: spiritualitas dan keindahan alam. Gemericik air, suara dedaunan, dan harum bunga setempat menciptakan suasana yang ideal untuk refleksi diri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper