Bisnis.com, CIREBON - Jumlah koperasi aktif di Kabupaten Cirebon mengalami penurunan tajam dalam satu tahun terakhir, meski pemerintah daerah tengah gencar membentuk Koperasi Desa Merah Putih untuk memperkuat sektor pangan.
Data Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Diskop UKM) Kabupaten Cirebon menunjukkan, pada 2024 tercatat 831 koperasi aktif, namun di 2024 hanya tersisa 366 koperasi atau berkurang lebih dari separuhnya.
Tak hanya jumlah koperasi, jumlah anggota juga ikut menyusut signifikan. Pada 2024 tercatat 232.031 anggota, sementara tahun ini hanya 118.408 anggota. Artinya, lebih dari 113.000 orang keluar atau kehilangan keanggotaan koperasi dalam setahun.
Bupati Cirebon Imron Rosyadi tak menampik anjloknya angka ini. Ia mengakui ada tantangan besar dalam menjaga keberlanjutan koperasi, khususnya di tengah perubahan struktur ekonomi desa dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan koperasi.
"Kita memang sedang membentuk Koperasi Desa Merah Putih untuk menjaga harga pangan dan menyerap hasil panen petani. Namun, kita juga harus jujur, banyak koperasi lama yang mati suri, tidak melakukan RAT (rapat anggota tahunan), dan tidak bisa beradaptasi dengan kebutuhan zaman,” kata Imron, Senin (11/8/2025).
Berdasarkan data, Kecamatan Sumber menjadi wilayah dengan jumlah anggota koperasi terbanyak pada tahun ini, yakni 16.302 anggota meski jumlah koperasinya turun drastis dari 80 menjadi 28 unit.
Baca Juga
Kecamatan Plumbon juga menonjol, dengan anggota naik dari 8.525 menjadi 9.230, meski jumlah koperasinya turun dari 31 menjadi 12.
Imron mengatakan, fenomena ini menunjukkan bahwa beberapa koperasi mampu mempertahankan, bahkan menambah anggota, walau jumlah unitnya berkurang.
Menurut Imron, hal ini menunjukkan koperasi besar dengan jaringan antar-daerah cenderung lebih tahan terhadap guncangan, karena memiliki modal dan sistem manajemen yang lebih kuat dibanding koperasi lokal berskala kecil.
"Koperasi cabang luar daerah punya akses modal, pasar, dan SDM yang lebih profesional. Inilah yang harus kita tiru dan kembangkan di koperasi lokal,” ujarnya.
Penurunan koperasi di Cirebon membawa dampak nyata bagi perekonomian desa. Koperasi yang mati berarti hilangnya wadah bagi petani, pedagang, dan pelaku usaha mikro untuk mengakses pembiayaan murah, pemasaran kolektif, dan pembelian bahan baku secara gotong royong.
Ditambahkan Imron, program Koperasi Desa Merah Putih bertujuan menyerap hasil panen petani dengan harga layak dan menjaga pasokan beras di pasar lokal.
Namun, di tengah tren penurunan koperasi aktif, banyak pihak mempertanyakan apakah program ini akan menjadi solusi berkelanjutan atau hanya proyek jangka pendek.
Imron menegaskan, pemerintah daerah sudah menyiapkan pendampingan dan pelatihan manajemen bagi pengurus koperasi desa baru.
“Tidak cukup hanya membentuk koperasi, kita harus memastikan pengurusnya bisa mengelola keuangan, membuat laporan, dan menjalankan usaha sesuai kebutuhan masyarakat,” tegasnya.
Imron menyebut, pihaknya sedang menyusun regulasi yang memungkinkan koperasi sehat mendapatkan akses modal lebih cepat, sementara koperasi yang tidak aktif akan dibubarkan secara administratif untuk mencegah beban data fiktif.
“Data yang bersih penting untuk menentukan arah kebijakan. Kita tidak mau lagi punya koperasi di atas kertas tapi tidak ada aktivitas di lapangan,” ujarnya.