Sega jrot disajikan dengan serundeng kelapa pedas, tempe goreng tepung, tahu bacem, kerupuk, dan sambal jrot khas yang terbuat dari cabai rawit, bawang, dan terasi. Disajikan di atas daun pisang, makanan ini menyatu sempurna dengan suasana kampung.
Warung Bu Ana sederhana dan hanya muat sekitar delapan orang, tapi keramahan sang penjual dan kelezatan menunya membuat banyak orang rela kembali lagi.
Lokasi warung ini berada di Gang Buaya, Desa Matangaji, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon. Buka mulai pukul 11.00–15.00 WIB
4. Bubur Tahu Blok Pangaduan
Di jantung Pasar Kanoman, tepatnya di Blok Pangaduan, berdiri lapak legendaris penjual bubur tahu yang jadi incaran sejak pagi buta. Kuliner khas Tionghoa-Cirebon ini menyajikan bubur dari tepung beras dengan kuah kecap asin manis, tahu putih lembut, dan taburan bawang putih goreng.
Rasanya ringan, gurih, dan cocok untuk sarapan. Penjualnya masih mempertahankan tradisi lama: duduk bersila dengan panci besar berisi bubur di atas tikar.
Baca Juga
Kelezatan bubur tahu ini bukan hanya soal rasa, tapi juga suasana pasar tradisional yang autentik dan penuh interaksi hangat antarpembeli.
5. Ketan Bintul Haji Karim
Sebagai penutup perjalanan kuliner, mampirlah ke Desa Trusmi Kulon, tepat di depan Masjid Agung Trusmi. Di sana, warung kecil milik Haji Karim menjajakan ketan bintul—kuliner yang dulunya hanya muncul saat Ramadhan.
Ketan bintul disajikan dengan serundeng kelapa, irisan telur dadar, dan bawang goreng. Teksturnya pulen, rasanya gurih-manis, dan disajikan di atas daun pisang, menghadirkan nostalgia makanan khas tempo dulu.
Warungnya kecil, tapi selalu ramai usai salat subuh dan menjadi tempat berbagi cerita warga sekitar.
Libur panjang Waisak tak hanya tentang perjalanan ke tempat wisata, tapi juga bisa menjadi penjelajahan rasa. Cirebon, dengan kekayaan kulinernya yang tersembunyi, menyimpan jejak sejarah dan budaya di setiap suapan.
Bagi pencinta rasa yang berani mencoba sesuatu yang baru dan autentik, lima kuliner di atas bisa jadi alasan untuk kembali ke Kota Udang—lagi dan lagi.