Bisnis.com, CIREBON - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi Kota Cirebon pada Juni 2025 sebesar 1,79% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,75.
Kenaikan ini dipicu oleh lonjakan harga pada seluruh kelompok pengeluaran, terutama di sektor kesehatan serta perawatan pribadi dan jasa lainnya.
Kepala BPS Kota Cirebon Aris Budiyanto menjelaskan inflasi tahunan kali ini merefleksikan tren peningkatan harga yang relatif stabil di tengah situasi ekonomi domestik yang masih dalam tahap pemulihan pascalebaran dan awal tahun ajaran baru.
"Seluruh kelompok pengeluaran menunjukkan kontribusi terhadap inflasi, meskipun ada beberapa yang justru mengalami deflasi. Namun secara keseluruhan, tekanan inflasi masih cukup terkendali,” ujar Aris, Selasa (1/7/2025).
Berdasarkan rincian BPS, kelompok kesehatan mengalami inflasi tertinggi sebesar 4,15%. Diikuti oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 3,63%, serta penyediaan makanan dan minuman/restoran yang naik 3,61%.
“Kelompok kesehatan mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan, salah satunya karena naiknya tarif layanan medis dan produk farmasi tertentu. Ini biasanya berkaitan dengan kebutuhan masyarakat yang meningkat terhadap pelayanan kesehatan,” jelas Aris.
Baca Juga
Kelompok pakaian dan alas kaki juga mencatat inflasi sebesar 2,73%, sedangkan kelompok pendidikan menyumbang inflasi 2,27%, diduga terkait dengan kenaikan biaya perlengkapan sekolah menjelang tahun ajaran baru.
Sementara itu, kelompok makanan, minuman dan tembakau yang biasanya menjadi kontributor utama inflasi, mencatatkan inflasi sebesar 1,99%. Aris menilai angka ini masih wajar, mengingat tidak ada lonjakan besar pasca Lebaran pada bulan sebelumnya.
“Meski harga pangan cenderung naik, tapi tidak separah tahun lalu. Distribusi dan pasokan berjalan cukup baik,” tambahnya.
Di tengah dominasi kelompok penyumbang inflasi, BPS mencatat dua kelompok yang justru mengalami penurunan indeks harga atau deflasi. Kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 0,05%, sedangkan kelompok rekreasi, olahraga dan budaya turun lebih dalam hingga 1,51%.
Aris menilai, deflasi di sektor komunikasi didorong oleh penurunan tarif layanan internet dan promosi paket data dari beberapa operator seluler. Sementara penurunan di sektor rekreasi kemungkinan besar disebabkan rendahnya aktivitas masyarakat di bidang hiburan selama bulan Juni.
“Penurunan di sektor hiburan atau rekreasi bisa saja disebabkan oleh fokus pengeluaran masyarakat yang bergeser ke kebutuhan pendidikan atau kesehatan,” ujarnya.
Secara month to month, inflasi Kota Cirebon pada Juni 2025 tercatat sebesar 0,46%. Angka ini mencerminkan adanya kenaikan harga secara bulanan, namun masih dalam batas wajar.
“Inflasi bulanan 0,46% ini cukup moderat. Terjadi karena pergerakan harga yang normal pasca Lebaran, serta mulai meningkatnya aktivitas ekonomi menjelang liburan sekolah,” kata Aris.
Sementara itu, inflasi kumulatif atau year to date dari Januari hingga Juni 2025 mencapai 1,43%. Aris menyebut capaian ini menunjukkan bahwa tekanan inflasi sepanjang semester pertama tahun ini relatif stabil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Jika dibandingkan dengan target inflasi nasional dan daerah, posisi Cirebon masih tergolong aman. Tapi tetap perlu diwaspadai gejolak harga menjelang semester kedua, terutama menjelang akhir tahun dan musim hujan yang bisa mengganggu produksi pangan,” jelasnya.
Mengakhiri penjelasannya, Aris Budiyanto berharap agar sinergi antara pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat terus diperkuat guna menjaga stabilitas harga barang dan jasa.
“Pemantauan harga dan ketersediaan barang perlu terus dilakukan, terutama untuk komoditas-komoditas strategis seperti pangan, layanan kesehatan, dan transportasi. Stabilitas harga menjadi kunci untuk menjaga daya beli masyarakat,” pungkasnya.