Bisnis.com, GARUT - Pemerintah Kabupaten Garut resmi memulai tahapan pelaksanaan program The Development of Integrated Farming System in Upland Area (Upland) dengan fokus pada komoditas kentang.
Program yang digawangi Dinas Pertanian ini menargetkan pengembangan lahan seluas 480 hektare dalam kurun waktu dua tahun, mulai 2025 hingga 2026.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut Haeruman menyebutkan program Upland merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan lembaga donor internasional, dengan dukungan teknis dari Kementerian Pertanian RI.
“Tujuan utama program ini adalah meningkatkan produktivitas lahan pertanian di dataran tinggi yang potensial untuk pengembangan kentang, sekaligus mendongkrak pendapatan petani melalui sistem pertanian terpadu dari hulu ke hilir,” kata Haeruman, Rabu (23/4/2025).
Menurutnya, kentang dipilih sebagai komoditas unggulan karena memiliki nilai ekonomi tinggi, siklus tanam yang relatif pendek, serta permintaan pasar yang terus meningkat.
Garut sebagai daerah pegunungan memiliki suhu dan topografi yang mendukung budidaya kentang secara optimal.
Baca Juga
Haeruman menjelaskanz total lahan yang disiapkan tersebar di beberapa kecamatan, termasuk Cikajang, Bayongbong, Cisurupan, dan Samarang. Proses identifikasi lahan sudah dimulai sejak akhir 2024 melalui pemetaan digital dan survei lapangan.
“Dari total 480 hektare yang ditargetkan, sebagian besar merupakan lahan milik petani lokal yang selama ini belum dimaksimalkan secara produktif. Melalui program ini, petani akan difasilitasi dari segi bibit unggul, pupuk, alat mesin pertanian (alsintan), hingga pelatihan budidaya modern,” ujarnya.
Tak hanya fokus pada pengembangan budidaya, program Upland di Garut juga akan membangun infrastruktur pendukung. Sebanyak 11 kilometer Jalan Usaha Tani akan dibangun untuk memperlancar mobilitas hasil panen.
Selain itu, 24 unit Irigasi Air Tanah Dalam akan dibangun di titik-titik strategis untuk menjamin ketersediaan air selama musim kemarau.
Haeruman mengatakan, Dinas Pertanian Garut juga menyiapkan skema kelembagaan ekonomi petani melalui pembentukan Bank Tani.
Lembaga ini berfungsi sebagai koperasi tani yang dikelola secara kolektif oleh kelompok petani penerima program. Bank Tani pun bertugas mengelola pinjaman mikro, distribusi sarana produksi, hingga pemasaran hasil panen.
“Melalui skema ini, petani tidak hanya diberi alat produksi, tetapi juga kemampuan mengelola usaha tani secara profesional. Kami bekerja sama dengan lembaga keuangan mikro untuk menyediakan pinjaman berbunga rendah,” jelas Haeruman.
Ketua Kelompok Tani Wargi Tani dari Desa Giriawas, Dadan Rohendi, menyambut baik pelaksanaan program Upland di wilayahnya. Ia menilai, bantuan dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk meningkatkan hasil panen dan efisiensi kerja.
“Selama ini kami mengandalkan cara tanam tradisional dan sering kesulitan air saat kemarau. Dengan adanya irigasi dan jalan tani, proses tanam dan panen akan jauh lebih baik,” ujar Dadan.
Selain petani, program ini juga melibatkan lembaga pendidikan vokasi pertanian di Garut. SMK Pertanian, Polbangtan, dan penyuluh lapangan akan dilibatkan dalam pendampingan teknis secara berkala.