Bisnis.com, BANDUNG — Henry Hidayat tak pernah menyangka, keputusan untuk keluar dari zona nyamannya berbuah manis lewat usaha madu yang ia gemari.
Henry bersama istri menjadi pasangan pebisnis sukses pascamemutuskan keluar dari perusahaan di Qatar 2018.
Sebelum menjadi pebisnis madu lewat jenama yang ia bangun, yakni Imago Raw Honey, sebenarnya ia terjun ke dunia event organizer (EO). Tak disangka, ternyata ia malah tertarik dengan kebutuhan merchandise yang dibutuhkan dalam setiap acara yang digelar sebuah perusahaan atau pemerintahan.
Setelah itu, memasuki 2019, ia memutuskan bersama sang istri untuk serius menekuni penjualan madu nusantara untuk buah tangan selepas gelaran acara.
“Kenapa nggak kita bikin aja souvenir madu nusantara, kebetulan kami sekeluarga pengonsumsi madu,” jelasnya kepada Bisnis.
Bahkan, pada April 2019, ia sudah ditunjuk oleh Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan untuk menyediakan official souvenir Wonderful Indonesia.
Baca Juga
“Alhamdulillah kita langsung ditunjuk untuk menyediakan untuk Wonderful Indonesia,” imbuhnya.
Tak sampai di sana, produk madu yang ia kemas menarik mampu menyedot perhatian hingga dipesan banyak perusahaan dan instansi pemerintahan untuk menjadi souvenir.
“Ini menjadi gerbang awal kita, namun sekaligus tantangan untuk kita,” ungkapnya.
Seiring berjalannya waktu, di saat permintaan madu terus meningkat, tanpa disangka Pandemi Covid-19 pun terjadi. Hal itu menjadi titik pacu dia hingga saat ini meski harus mengamali keuangan minus pada saat itu.
“Kita kan udah bayar vendor, beli bahan, tiba-tiba semua cancel karena tidak boleh ada kegiatan dan kerumunan,” ungkap dia.
Beruntung bagi Henry karena dia memiliki jejaring yang kuat. Meski di tengah kebingungan menghadapi Pandemi yang tidak terduga, ia diarahkan oleh temannya untuk masuk ke pasar ritel.
“Dari saja kita mau nggak mau harus masuk ke pasar ritel, ke market place,” jelasnya.
Proses peralihan tersebut membuatnya banyak belajar. Mulai dari strategi pemasaran, manajemen konten promosi, hingga sistem persediaan produknya.
“Pada saat pandemi ternyata permintaan madu kita diminati banyak oleh market ritel, dari sana kita mulai memproduksi untuk stok, karena biasanya produksi sesuai permintaan,” jelasnya.
Terlebih, ia berkesempatan untuk mengendorse “secara gratis” kepada beberapa artis nasional. Sehingga tanpa diduga hal tersebut berdampak pada permintaan pasar yang meningkat.
Pandemi juga ikut menginkubasi lahirnya produk I Tox, produk madu yang dicampur lemon segar, jahe merah dan kayu manis.
“Justru malah produk I Tox yang jadi best seller sampai sekarang,” jelasnya.
Ia pun mengakui, omzet yang didapat dalam usaha ini bisa tumbuh dalam kisaran 40% setiap tahunnya, hingga pada 2023 lalu nyaris menyentuh omzet Rp2 miliar dalam setahun.
“Alhamdulillah omzet kita terus meningkat,” jelasnya.
Saat ini juga ia mengatakan tengah memperluas market hingga ke beberapa negara di Asia Tenggara, salah satunya ke Thailand.
“Kita sedang membuka peluang juga ke beberapa negara di timur tengah,” jelasnya.
Tak sampai di sana, pihaknya juga tengah membuka keran investasi dengan perusahaan asal Korea Selatan untuk mendirikan Imago Edu Farmi and Smart Farming. Rencananya langkah awal pembangunan akan dimulai 2025 mendatang.
“Konsepnya kita akan memberdayakan peternak lokal dan mengundang pembeli atau yang mau belajar soal perlebahan,” ungkapnya.
Konten ini merupakan bagian pemberitaan dari program Jelajah Ekonomi Hijau, perjalanan jurnalistik Bisnis Indonesia Perwakilan Jawa Barat yang didukung oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, DPMPTSP Provinsi Jawa Barat, Bank BJB, PT KAI, MUJ ONWJ, Bank Mandiri dan Cirebon Power.