Bisnis.com, CIREBON - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat menyebutkan kinerja ekspor Jawa Barat pada 2023 masih mengalami perlambatan. Hal membuat nilai ekspor menurun sebesar 2,51% dibandingkan tahun sebelumnya.
Kepala Disperindag Jabar Noneng Komara Nengsih menyebutkan penyumbang penurunan terbesar dari nilai ekspor yakni, sektor kendaraan, alas kaki, dan mesin serta perlengkapan elektrik.
"Kendaraan dan bagiannya menurun sebesar US$30 juta, alas kaki menurun sebesar US$11 juta, mesin dan perlengkapan lektrik menurun sebesar US$10 juta," kata Noneng saat ditemui di Satuan Pelayanan (Satpel) Pelayanan Pengembangan Industri Rotan Cirebon, Jalan Raya Tegalwangi, Kabupaten Cirebon, Rabu (3/1/2024).
Meskipun nilai ekspor masih menurun, neraca perdagangan ekspor-impor Jawa Barat masih surplus di angka US$1,95 miliar. Negara mitra dagang tradisional Jawa Barat yakni, Amerika dan Eropa mencetak surplus di angka US$10,36 miliar, dan ASEAN surplus sebesar US$7,19 miliar.
Noneng mengatakan Jawa Barat masih menjadi kontributor ekspor terbesar secara nasional pada Januari hingga November 2023.
"Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–November 2023 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$33,76 miliar (14,28%), diikuti Kalimantan Timur US$25,78 miliar (10,91%), dan Jawa Timur US$20,33 miliar (8,60%)," kata Noneng.
Baca Juga
Noneng menyebutkan, industri rotan dari Kabupaten Cirebon mendominasi ekspor nonmigas dari Jawa Barat. Sepanjang Januari-Oktober 2023, sektor itu berhasil menembus angka US$155,26 juta dengan volume 22.025 ton.
Produk rotan tersebut, berupa bahan nabati rotan, barang anyam rotan, hingga furnitur rotan.
Menurut Noneng, furnitur rotan merupakan komoditas dengan nilai ekspor terbanyak dengan nilai total US$127,48 Juta. Sementara, barang anyam rotan hanya menembus angka US$27,66 juta.
"Jawa Barat juga tercatat mengekspor bahan nabati dari Rotan pada periode Januari-Oktober 2023 dengan nilai US$114.280," kata Noneng.