Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harmoni Nasi Jamblang, dari Jalan Sedekah hingga Berdigital Supaya Tetap Dikenal

Keberadaan sega jamblang tidak terlepas dari sejarah peradaban Cirebon yang dimulai saat pembangunan Pabrik Gula Gempol pada 1847 atau era era kolonial Belanda.
warung Sega Jamblang Tulen
warung Sega Jamblang Tulen

Bisnis.com, CIREBON - Terik matahari Kamis (12/10/2023) siang dan perut keroncongan yang terus memprovokasi, membuat Siti Masithoh, 28 tahun, warga Sumber, Kabupaten Cirebon bergegas untuk menyudahi rasa laparnya. Bersama dua rekannya, Siti makan siang di warung Sega Jamblang Tulen di Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon.

Mereka harus ikut antrean bersama pembeli lain. Laju antrean beberapa kali tersendat lantaran pengunjung lapar dihadapkan dengan puluhan lauk sega jamblang yang di depan mata.

Seorang karyawan warung itu berdiri di balik wadah berisikan aneka menu. Ia memberikan nasi dibungkus daun jati dan sambal goreng. Pengunjung tinggal memilih lauk yang bakal disantap.

Ada beragam menu sega jamblang, mulai dari ikan asin, sate kentang, perkedel, sayur tahu, tempe goreng, dendeng laos, kebuk goreng, panjelan, sate kerang, telur dadar, sate usus, terong balado, sate telur puyuh, semur tongkol, semur ati sapi, pepes tahu, pepes ecol, pepes tahu, serta telur balado.

Menu andalan di Nasi Jamblang Tulen adalah dendeng laos. Dendeng laos merupakan daging sapi yang dibumbui oleh laos atau lengkuas. 

“Itu menu andalan yang tidak akan ditemui di warung nasi jamblang lainnya di Kota Cirebon,” kata Siti di warung Sega Jamblang Tulen, Jalan Raya Cirebon-Bandung, Kabupaten Cirebon, Kamis (12/10/2023).

Pelopor

Keberadaan sega jamblang tidak terlepas dari sejarah peradaban Cirebon. Saat pembangunan Pabrik Gula Gempol pada 1847, sumber tenaga ribuan tenaga kerja pribumi untuk mendirikan bangunan era kolonial Belanda itu bersumber dari makanan tersebut.

Abdul Latief menjadi penyelamat. Pengusaha pribumi sukses ini mengaku prihatin melihat banyak pekerja di Pabrik Gula Gempol bekerja susah payah, namun upah yang mereka dapatkan tidak sebanding.

Alasan itu membuat Abdul Latief meminta kepada istrinya, Tan Piaw Lung (Mbah Pulung) bisa menyediakan makanan berupa nasi dengan lauk pauk yang dibungkus daun jati untuk diberikan kepada para pekerja di pabrik gula.

“Awalnya memang untuk sedekah kepada para pribumi,” ujar Rini Budiati, pengola warung Sega Jamblang Tulen.

Permintaan sega jamblang semakin banyak. Para pekerja kini bersedia membayar dengan uang untuk menikmati makanan tersebut. Mulailah Mbak Pulung membungkus setiap nasi berserta lauknya dan setiap hari diantar ke pabrik.

“Daun jati dipercaya mempunyai kelebihan yang mampu membuat nasi yang dibungkus bisa lebih tahan lama. Selain itu, kebiasaan ini juga dilakukan orangtua sebagai pembungkus untuk bekal ke sawah atau keperluan selamatan,” terang Rini.

Penjualan Sega Jamblang tidak terbatas di Jamblang dan sekitarnya. Pekerja Pelabuhan Cirebon dan Staatsspoorwegen (perusahaan kereta Hindia Belanda) di Kota Cirebon pun mulai dikenalkan.

Rini tidak sekadar bertutur. Warung Sega Jamblang Tulen mampu menyerap ratusan warga sekitar untuk bekerja. Sebagian dari warga ini menjadi pengeber atau penjual dengan cara berkeliling.

Pengeber ini setiap pagi mengambil nasi beserta lauk pauk sesuai target masing-masing. Sore harinya, mereka kembali ke rumah untuk menyetorkan hasil penjualan maupun mengembalikan sisa makanan.

Sega Jamblang Menjamur

Keberadaan sega jamblang terus bertumbuh. Mantan pengeber yang sudah menguasai wilayah masing-masing ikut mengadu nasi seperti Mbah Pulung beserta turunannya.

Pola penjualan yang dilakukan para pengeber ini berbeda. Mereka membuat warung kaki lima dan restoran. Bahkan, pengusaha dari Tegal maupun Bandung turut meramaikan perkembangan bisnis tersebut.

Para pengusaha baru itu menyisipkan lauk pauk tambahan, mulai dari pepesan, serta lalab. Bahkan, pengusaha Tegal juga menambahkan telur asin dan oreg tempe di dalam sega jamblang.

Rini mengatakan, para pengusaha baru itu sudah meninggalkan cara pengolahan tradisional yang dilakukan oleh leluhurnya. Hal dianggap karena cara tradisional dianggap sulit dan memakan waktu.

“Pengusaha baru itu sampai sekarang mulai menggunakan alat masak modern dan membuat menu masakan dengan bahan penyedap kimiawi,” kata Rini.

Meskipun begitu, Sega Jamblang Tulen sampai saat ini masih mempertahankan cara tradisional untuk setiap pengolahan lauk pauk. Bagi Rini, upaya itu dilakukan bagian dari melestarikan sejarah Sega Jamblang sebagai warisan asli Cirebon.

Hingga 2023 ini, kata Rini, warung Sega Jamblang Tulen tidak membuka cabang di tempat lain. “Tawaran untuk membuka cabang di tempat sebenarnya sudah banyak. Tetapi, pesan dari orangtua, pembeli yang mengerti cita rasa pasti bakal kembali lagi,” terang Rini.

Digital Supaya Tetap Dikenal

Meskipun kalah pamor dengan warung nasi jamblang modern lainnya di Cirebon. Warung Nasi Jamblang Tulen seperti tidak mau kalah soal transaksi teranyar.

Sejak 10 tahun lalu, warung yang berjarak lima kilometer dari pusat Kota Cirebon ini sudah menerapkan transaksi digital seperti e-wallet, mobile payment, card payment, virtual account, QRIS, dan mobile banking transfer.

“Meskipun warung kami sangat tradisional, pola pembayaran kami juga mengikuti perkembangan zaman. Meskipun kami kalah secara kuantitas, kami bisa baik secara kualitas,” ujar Rini.

Usaha mikro kecil dan menegah (UMKM) yang saat kembali menggeliat memiliki peran penting dalam upaya pemulihan ekonomi nasional pascapagebluk corona.

Dukungan untuk transformasi digitalisasi dilakukan agar meningkatkan usaha rakyat tersebut. Di bawah kendali Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Cirebon, UMKM di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) didorong untuk naik kelas.

Bagi Bank Indonesia, UMKM punya peran penting bagi perekonomian Indonesia, lantaran memberikan sumbangan signifikan, terutama dalam pembentukan produk domestik bruto dan penyerapan tenaga kerja.

UMKM pun dipercaya memiliki ketahanan ekonomi yang tinggi, sehingga mampu menopang bagi stabilitas sistem keuangan dan perekonomian.

Kepala KPw Bank Indonesia Cirebon Hestu Wibowo mengatakan pengembangan UMKM masih dihadapkan berbagai kendala, salah satunya dari sisi akses keuangan.

Hal itu karena keterbatasan kemampuan UMKM untuk menghasilkan laporan keuangan yang menjadi alat utama lembaga keuangan menilai kelayakan kredit.

"Kami sebagai bank sentral berupaya memberikan kontribusi terbaik melalui kebijakan pengembangan UMKM dalam meningkatkan akses keuangan. Pengembangan UMKM oleh BI punya tujuan meningkatkan kapasitas dan kemampuan manajerial SDM serta inovasi dari UMKM," kata Hestu.

Saat ini ada 80 pelaku UMKM di wilayah Ciayumajakuning yang menjadi mitra serta binaan langsung Bank Indonesia Cirebon. Dari puluhan usaha rakyat tersebut, sebagian besar bergerak di bidang kriya, batik, dan olahan makanan.

Dalam upaya meningkatkan UMKM naik kelas, salah satunya dilakukan dengan cara korporatisasi dimana UMKM yang bergerak secara individu, digabungkan ke dalam suatu kelembagaan sehingga bisa memiliki daya saing dan memenuhi permintaaan pasar.

"UMKM yang bergerak secara individu ini sering kewalahan mendapatkan pesanan, kalau bisa disatukan menjadi kesatuan, menjadi kuat. Permintaaan sebanyak apapun, pasti sanggup dipenuhi," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler