Bisnis.com, CIREBON - Industri kerajinan batik di Kabupaten Cirebon kini terancam. Proses regenerasi untuk menjaga eksistensi salah satu kerajinan yang sudah ada sejak zaman Sunan Gunung Jati itu berjalan lambat.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pembatik atau orang yang bekerja di industri batik di Kabupaten Cirebon pada 2023 ini sebanyak 4.698 orang.
Angka tersebut lebih banyak dibandingkan dengan 2022 yang hanya 4.688 orang.
Pengusaha batik dari Kawasan Batik Trusmi, Munarto, 62 tahun, menyebutkan pembatik yang bekerja di tempatnya sebagian besar berusia di atas 45 tahun. Selain itu, beberapa di antaranya berasal dari Pekalongan, Jawa Tengah.
"Mencari pembatik lokal dan generasi muda dari Cirebon cukup sulit. Padahal, batik Cirebon ini sangat diminati masyarakat dari luar Cirebon," kata Munarto di Kabupaten Cirebon, Rabu (2/8/2023).
Menurut Munarto, sebagian besar generasi muda di Kawasan Batik Trusmi lebih memilih bekerja di pabrik atau ke luar kota, dibandingkan menjadi seorang pembatik karena pendapatan yang lebih menjanjikan.
Munarto meminta, kepada pemerintah daerah memberikan edukasi kepada generasi muda agar memiliki minat untuk melestarikan budaya asli dari Kabupaten Cirebon ini.
"Peran pemerintah sangat penting untuk mengedukasi. Kita takut kalau tidak ada regenerasi, siapa yang akan melestarikan batik," kata Munarto.
Selain sulitnya regenerasi, jumlah unit usaha batik di Kabupaten Cirebon selama periode 2019 hingga 2023 tidak mengalami penambahan yang signifikan.
Pada 2019, jumlah usaha batik di Kabupaten Cirebon sebanyak 594 unit, 2020 sebanyak 595 unit, dan 2021-2023 sebanyak 597 unit.
Kapasitas produksi batik dari Kabupaten Cirebon pun tidak mengalami kenaikan signifikan dalam empat tahun terakhir.
Produksi pada 2019 menembus angka 42.033 kodi, 2020 sebanyak 42.104 kodi, 2021 42.272 kodi, dan pada 2023 menurun menjadi 42.442 kodi.