Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Panen Raya Juni-Juli, Cirebon Targetkan Produksi 528.824 Ton Gabah Kering Giling

Kabupaten Cirebon menargetkan produksi gabah kering giling (GKG) sebanyak 528.824 ton dan produksi beras sebesar 339.029 ton sepanjang tahun 2025.
Petani memanen padi di lahan persawahan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Senin (2/6/2025). Bisnis/Abdurachman
Petani memanen padi di lahan persawahan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Senin (2/6/2025). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, CIREBON - Kabupaten Cirebon menargetkan produksi gabah kering giling (GKG) sebanyak 528.824 ton dan produksi beras sebesar 339.029 ton sepanjang tahun 2025. 

Namun hingga Mei 2025, capaian produksi masih jauh dari target. Realisasi sementara menunjukkan baru 165.495 ton GKG dan 106.099 ton beras yang berhasil diproduksi.

Meski demikian, Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon optimistis capaian tersebut akan meningkat secara signifikan karena pada Juni hingga Juli mendatang akan memasuki masa panen raya. 

Periode ini menjadi momentum penting untuk mengejar ketertinggalan produksi dan memperkuat ketahanan pangan lokal.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Samsina menjelaskan realisasi produksi gabah dan beras hingga Mei masih berada di bawah setengah dari target tahunan. 

"Untuk GKG baru mencapai 165.495 ton dari target 528.824 ton, dan untuk beras baru 106.099 ton dari target 339.029 ton. Ini memang belum separuh, tapi perlu dicatat bahwa siklus panen utama baru akan berlangsung pada Juni-Juli,” ujar Samsina, Senin (16/6/2025).

Ia menambahkan, selisih produksi gabah saat ini sebesar 388.482 ton dan produksi beras defisit 249.056 ton. Meski angka tersebut tampak signifikan, namun belum mencerminkan capaian tahunan secara menyeluruh.

“Kita tidak bisa menilai hanya dari capaian sampai bulan Mei. Karena pola tanam petani di Cirebon itu dominan mengikuti siklus hujan, sehingga puncak tanam terjadi Januari-Maret, dan puncak panennya di pertengahan tahun,” jelasnya.

Dalam data rekapitulasi Mei 2025, terlihat luas tanam dan luas panen juga masih jauh dari target. Dari target luas tanam 90.926 hektare, yang terealisasi baru 58.881 hektare. Sementara luas panen baru 26.853 hektare dari target 86.380 hektare.

“Ini faktor musim dan adaptasi iklim. Awal tahun ini curah hujan cukup tinggi dan membuat beberapa wilayah tunda tanam. Tapi sekarang mulai pulih, dan kita perkirakan pada Juni-Juli akan ada peningkatan signifikan baik dalam panen maupun luas lahan yang aktif,” kata Samsina.

Menurutnya, sebagian besar wilayah pertanian di Kabupaten Cirebon mengandalkan irigasi teknis dan tadah hujan. Ketika hujan datang terlambat atau malah berlebihan, proses tanam ikut terganggu.

Meski dari sisi luas lahan dan total produksi masih di bawah ekspektasi, produktivitas lahan justru mencatatkan tren positif. 

Data sementara menunjukkan produktivitas gabah kering giling (GKG) per hektare mencapai 61,63 kuintal/Ha. Angka ini sedikit melampaui target yang ditetapkan sebesar 61,22 kuintal/Ha.

“Produktivitas ini menjadi indikator teknologi dan benih unggul yang kita distribusikan ke petani sudah mulai menunjukkan hasil. Kami terus mendorong penggunaan varietas tahan penyakit dan pemupukan berimbang,” ungkap Samsina.

Peningkatan produktivitas juga disebutnya sebagai hasil pendampingan intensif dari petugas penyuluh lapangan (PPL) yang rutin memberikan edukasi kepada petani, mulai dari teknik olah tanah, pemupukan, hingga pengendalian hama terpadu.

Menjawab tantangan yang dihadapi sektor pangan, Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon menyiapkan sejumlah strategi percepatan untuk menutup kekurangan produksi. 

Di antaranya dengan program percepatan tanam, distribusi benih bantuan, dan optimalisasi pompanisasi di lahan tadah hujan.

“Pompanisasi kami pacu, terutama untuk petani di wilayah yang rawan kekeringan menjelang musim kemarau. Kita juga gandeng kelompok tani dan gapoktan untuk percepatan musim tanam kedua, agar target produksi tetap bisa tercapai,” papar Samsina.

Selain itu, pihaknya juga menyiapkan langkah mitigasi perubahan iklim yang akhir-akhir ini memengaruhi pola tanam. Penggunaan pupuk organik, pemilihan varietas adaptif, dan pelatihan adaptasi iklim menjadi bagian dari pendekatan jangka panjang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper