Bisnis.com, CIREBON - Pemerintah Kabupaten Cirebon menargetkan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dari 5% menjadi 8% guna keluar dari status sebagai daerah termiskin di Jawa Barat.
Target ambisius tersebut diiringi dengan berbagai strategi untuk mendorong sektor unggulan daerah seperti industri, pertanian, dan pariwisata agar menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Bupati Cirebon Imron Rosyadi menyatakan pihaknya akan fokus pada penciptaan lapangan kerja baru, peningkatan investasi, dan pembangunan infrastruktur sebagai pilar utama dalam mencapai target pertumbuhan tersebut.
“Langkah ini bukan sekadar untuk meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi, tetapi juga sebagai upaya nyata dalam menurunkan angka kemiskinan yang masih tinggi di Kabupaten Cirebon. Kami optimis dengan sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, pertumbuhan sebesar 8% dapat tercapai,” kata Imron, Rabu (30/7/2025).
Imron menambahkan, strategi yang disiapkan meliputi penguatan ekonomi kerakyatan berbasis pemberdayaan masyarakat. Pemerintah daerah akan memberikan pelatihan keterampilan bagi tenaga kerja lokal serta mempermudah akses pembiayaan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Di samping itu, Pemkab Cirebon juga tengah memperkuat kolaborasi dengan pemerintah pusat dan provinsi untuk menghadirkan proyek strategis nasional ke daerah. Beberapa program prioritas antara lain pembangunan kawasan industri baru, optimalisasi Pelabuhan Cirebon, dan promosi potensi pariwisata berbasis budaya lokal.
Baca Juga
“Kami tidak bisa berjalan sendiri. Dukungan dari seluruh elemen masyarakat sangat diperlukan agar pembangunan ekonomi bisa berjalan inklusif dan berkelanjutan,” ujar Imron.
Data terakhir menunjukkan Kabupaten Cirebon menjadi daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Jawa Barat pada tahun 2024. Dari total penduduk sebanyak 2,38 juta jiwa, sekitar 11% atau lebih dari 262.000 orang hidup di bawah garis kemiskinan.
Kondisi ini menempatkan Kabupaten Cirebon sebagai wilayah paling rentan secara ekonomi di provinsi tersebut. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), kemiskinan di Cirebon didorong oleh rendahnya daya beli masyarakat, dominasi sektor agraris dengan produktivitas rendah, serta fluktuasi harga kebutuhan pokok yang tak terkendali.
Selain itu, keterbatasan akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan, perumahan layak, dan energi bersih turut memperburuk situasi.
Lima komoditas makanan menjadi penyumbang terbesar garis kemiskinan di Kabupaten Cirebon, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Komoditas tersebut adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, serta kopi bubuk dan kopi instan.
Beras, sebagai makanan pokok mayoritas masyarakat, memberikan kontribusi signifikan terhadap pengeluaran rumah tangga miskin. Namun, tingginya konsumsi rokok kretek filter di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah menjadi sorotan tersendiri.
Pemerintah Kabupaten Cirebon menyadari penanggulangan kemiskinan tidak bisa dilakukan dengan pendekatan jangka pendek semata. Bantuan sosial dan pengendalian harga pangan tetap diperlukan, namun perlu diimbangi dengan strategi jangka panjang.
Imron menegaskan, peningkatan keterampilan tenaga kerja dan diversifikasi ekonomi daerah akan menjadi fokus utama dalam jangka menengah hingga panjang. Pemkab juga mendorong partisipasi masyarakat dan sektor swasta untuk terlibat aktif dalam berbagai program peningkatan kesejahteraan.
“Penurunan angka kemiskinan membutuhkan kerja bersama. Pemerintah hanya bisa sukses jika masyarakat dan dunia usaha juga ikut berperan. Kami akan terus mendorong kolaborasi ini demi menciptakan kehidupan yang lebih layak bagi seluruh warga Cirebon,” ucap Imron.