Bisnis.com, CIREBON - Kinerja sektor pertanian Kabupaten Cirebon hingga Mei 2025 menunjukkan capaian yang belum menggembirakan.
Berdasarkan data rekapitulasi sementara, realisasi produksi gabah kering giling (GKG) baru mencapai sekitar 31% dari target tahunan, sementara produksi beras baru sekitar 31,3%.
Kondisi ini dipengaruhi oleh rendahnya realisasi luas tanam dan panen dibandingkan target tahunan yang telah ditetapkan.
Pemerintah Kabupaten Cirebon sebelumnya telah menetapkan target luas tanam padi seluas 90.926 hektare dan luas panen 86.380 hektare sepanjang tahun 2025.
Namun hingga bulan kelima, realisasi luas tanam baru mencapai 58.881 hektare dan luas panen 26.853 hektare. Selisih target dengan realisasi tersebut cukup mencolok, masing-masing mencapai minus 36.908 hektare untuk luas tanam dan minus 63.762 hektare untuk luas panen.
Meskipun capaian luas tanam dan panen jauh di bawah target, produktivitas GKG per hektare justru menunjukkan hasil positif.
Baca Juga
Target produktivitas ditetapkan sebesar 61,22 kuintal per hektare, namun realisasi Mei tercatat sebesar 61,63 kuintal per hektare sedikit di atas target dengan selisih positif 0,83 per hektare. Hal ini menunjukkan secara teknis, hasil panen per hektare cukup baik meskipun secara kuantitas total produksi belum optimal.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Samsina mengatakan beberapa faktor memengaruhi rendahnya capaian luas tanam dan panen di semester awal tahun ini.
Salah satunya adalah perubahan pola musim dan keterlambatan datangnya hujan yang mengakibatkan petani menunda masa tanam. Di beberapa wilayah, lahan sawah bahkan tidak bisa ditanami pada musim tanam pertama akibat minimnya ketersediaan air.
“Musim tanam mundur sekitar satu hingga dua bulan dibandingkan tahun lalu. Hal ini berdampak langsung pada keterlambatan panen. Beberapa lahan yang biasanya sudah panen di April atau Mei, panen raya justru akan dilakukan Juli,” ujar Samsina, Rabu (3/6/2025).
Ia menambahkan, sebagian besar petani juga masih mengandalkan pengairan tadah hujan. Kondisi ini menyulitkan ketika musim kemarau datang lebih awal atau hujan turun tidak merata.
Dampak dari keterlambatan tanam dan panen terlihat jelas dalam data produksi. Dari target produksi GKG sebesar 528.824 ton, realisasi hingga Mei 2025 baru mencapai 165.495 ton.
Artinya, masih ada kekurangan sebesar 388.482 ton yang harus dikejar dalam waktu tujuh bulan ke depan.
Sementara itu, produksi beras yang ditargetkan sebesar 339.029 ton baru terealisasi sebanyak 106.099 ton. Selisih produksi yang belum tercapai mencapai 249.056 ton. Jumlah ini cukup besar dan menunjukkan tantangan besar dalam mengejar sisa target produksi di paruh kedua tahun ini.
Di sisi lain, para petani berharap adanya dukungan nyata dari pemerintah, tidak hanya dalam bentuk bantuan sarana produksi, tetapi juga jaminan pasar dan harga jual yang stabil.
"Kalau musim tanam mundur, panen juga akan bersamaan. Nanti malah harga turun karena panen raya serempak,” kata Usman Effendi, petani di Tegalsari, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.
Menurutnya, selain kendala cuaca, masalah klasik seperti kelangkaan pupuk dan mahalnya biaya tanam juga menjadi hambatan dalam peningkatan produksi. Ia berharap pemerintah tidak hanya fokus pada angka target, tetapi juga pada kenyataan di lapangan.
Meski capaian hingga Mei 2025 masih jauh dari target, Pemerintah Kabupaten Cirebon tetap optimistis dapat mendekati target di akhir tahun. Beberapa strategi tengah disiapkan, termasuk mendorong tanam musim gadu (musim kemarau) dengan memanfaatkan lahan potensial dan sumber air alternatif.