Bisnis.com, CIREBON - Sektor pariwisata Kabupaten Cirebon mencatatkan kenaikan signifikan jumlah kunjungan wisatawan setahun terakhir.
Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cirebon, total wisatawan yang datang mencapai 1.097.029 orang, naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 971.054 orang.
Namun di balik angka positif tersebut, tersimpan ironi. Jumlah wisatawan mancanegara justru mengalami penurunan drastis, hanya menyumbang 5.454 kunjungan atau setara 0,49% dari total kunjungan.
Angka ini melorot tajam dari tahun 2023 yang mencatat 14.227 kunjungan turis asing, atau mengalami kontraksi sebesar 61,7%.
Kepala BPS Kabupaten Cirebon Aris Budiyanto menyatakan pertumbuhan kunjungan wisatawan domestik memang layak diapresiasi. Namun ketimpangan kontribusi antara turis lokal dan mancanegara menunjukkan persoalan struktural dalam pengelolaan sektor pariwisata daerah.
"Jumlah turis lokal memang meningkat cukup besar, tetapi hilangnya pangsa wisatawan asing adalah alarm bagi promosi internasional yang lemah. Ini bukan sekadar statistik, tapi potret lemahnya diplomasi pariwisata daerah kita,” ujarnya, Jumat (18/7/2025).
Baca Juga
Sejak pandemi covid-19 melanda pada tahun 2020, kunjungan wisatawan asing di Cirebon memang belum pernah sepenuhnya pulih.
Pada tahun tersebut, tercatat hanya 2.357 kunjungan dari luar negeri. Meski ada tren pemulihan di 2022 dan melonjak di 2023, pada 2024 kembali terjadi penyusutan drastis.
Sementara itu, wisatawan domestik justru menjadi tulang punggung sektor pariwisata daerah. Tahun 2024 mencatat 1.091.575 kunjungan domestik, bahkan lebih tinggi dibanding era pra-pandemi tahun 2019 yang berada di angka 1.478.832 kunjungan.
Menurut Aris, pola ini menunjukkan promosi dan pengembangan destinasi wisata di Cirebon lebih efektif menjangkau pasar dalam negeri ketimbang luar negeri.
“Cirebon terlalu nyaman di zona domestik. Padahal nilai ekonomi dari satu turis asing bisa setara dengan lima sampai sepuluh wisatawan lokal. Kita kehilangan devisa yang mestinya bisa masuk ke daerah,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti ketiadaan paket-paket wisata berbahasa asing, pemandu wisata bersertifikasi internasional, dan keterlibatan agen-agen perjalanan luar negeri dalam memasarkan Cirebon.
Aris menegaskan, tantangan pariwisata Cirebon ke depan bukan sekadar menambah jumlah wisatawan, tapi bagaimana menciptakan keseimbangan antara kualitas dan kuantitas.
“Wisatawan mancanegara cenderung spending lebih besar, menginap lebih lama, dan banyak memberi dampak lanjutan pada UMKM dan ekonomi lokal. Kita perlu strategi baru agar Cirebon tidak sekadar menjadi destinasi akhir pekan warga Jakarta dan Bandung saja,” tegasnya.