Bisnis.com, CIREBON - Sejumlah kabupaten di wilayah Priangan Timur dinilai perlu mengoptimalkan realisasi investasi. Kota Banjar, Kabupaten Pangandaran, dan Kabupaten Ciamis tercatat menjadi daerah dengan capaian investasi terendah di triwulan I 2025.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Barat Muhammad Nur mengatakan perbedaan tajam antara daerah yang sudah menjadi pusat industri dan daerah-daerah lain perlu menjadi perhatian semua pihak.
"Masih terjadi ketimpangan investasi yang cukup lebar antar kabupaten/kota di Jawa Barat. Daerah seperti Bekasi dan Karawang sudah menjadi magnet investasi, sementara beberapa daerah lainnya seperti Banjar, Pangandaran, dan Ciamis tertinggal jauh,” kata Nur dalam Laporan Perekonomian Jawa Barat Triwulan I/2025.
Berdasarkan data triwulan I 2025, realisasi investasi di Kota Banjar hanya mencapai Rp29 miliar, Kabupaten Pangandaran Rp31 miliar, dan Kabupaten Ciamis Rp44 miliar.
Sementara itu, Kabupaten Bekasi menjadi daerah dengan realisasi investasi tertinggi mencapai Rp21,39 triliun. Kabupaten Karawang menyusul dengan nilai Rp15,34 triliun, disusul Kabupaten Bogor dengan Rp7,178 triliun.
“Ketimpangan ini menunjukkan ada tantangan besar di wilayah Priangan Timur, terutama dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif dan menarik bagi investor,” kata Nur.
Baca Juga
Ia menambahkan, rendahnya capaian ini bukan hanya soal nilai proyek, tetapi juga berdampak pada lambatnya penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi lokal.
Lebih jauh, BI menilai perlu adanya strategi terpadu yang melibatkan semua pemangku kepentingan untuk mempercepat pengembangan infrastruktur, peningkatan kualitas SDM, dan promosi potensi daerah.
Tingginya realisasi investasi di wilayah industri seperti Bekasi dan Karawang turut berdampak pada penyerapan tenaga kerja yang signifikan. Kabupaten Bekasi menyerap 15.947 tenaga kerja pada triwulan I 2025, disusul Kota Bekasi dengan 10.953 orang, dan Kabupaten Bogor dengan 10.274 orang.
Sebaliknya, daerah-daerah yang belum memiliki kawasan industri matang, seperti Banjar dan Pangandaran, belum mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Hal ini menunjukkan, investasi tidak hanya menyangkut nilai ekonomi, tetapi juga berdampak sosial secara langsung terhadap masyarakat.
Dari sisi jumlah proyek, Kabupaten Bekasi mencatatkan 10.709 proyek, menjadikannya wilayah dengan aktivitas investasi terbanyak. Kota Bandung berada di posisi kedua dengan 7.944 proyek, diikuti Kota Bekasi dengan 7.598 proyek.
Ketiga wilayah ini memiliki struktur industri dan jasa yang sudah mapan, serta infrastruktur penunjang yang lebih baik dibandingkan wilayah timur Jawa Barat.
“Bila tidak segera dibenahi, ketimpangan ini bisa menciptakan ketergantungan ekonomi pada wilayah tertentu, serta memperlebar kesenjangan antar daerah,” jelas Nur.
Bank Indonesia Jawa Barat mendorong agar dilakukan kolaborasi lintas sektor guna mempercepat pemerataan investasi.
Pemerintah daerah di wilayah Priangan Timur didorong untuk proaktif dalam memperbaiki iklim usaha, memberikan kepastian hukum, serta menyusun regulasi daerah yang ramah investor.
“Sinergi antara pemerintah daerah, pelaku usaha, dan pemerintah pusat sangat penting. Daerah harus berani menawarkan skema insentif dan memetakan potensi lokal yang bisa dijadikan nilai jual,” kata Muhammad Nur.
Selain itu, ia mendorong pembangunan infrastruktur dasar di daerah tertinggal investasi, seperti perbaikan jalan, penyediaan energi, serta pembangunan kawasan industri baru berbasis potensi lokal seperti pertanian, pariwisata, dan kerajinan.
Muhammad Nur berharap pada triwulan berikutnya akan terjadi perbaikan signifikan, khususnya di wilayah yang selama ini berada di bawah rata-rata capaian provinsi. Ia optimistis, dengan perencanaan yang matang dan sinergi yang kuat, wilayah Priangan Timur dapat menjadi kekuatan baru dalam peta investasi Jawa Barat.
“Jika tantangan ini diatasi bersama, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, investasi tidak lagi terkonsentrasi di wilayah barat, tapi juga menyebar ke timur. Ini penting untuk pembangunan ekonomi yang inklusif dan merata,” pungkasnya.