Bisnis.com, CIREBON - Kepulauan Marshall menjadi sumber investasi terbesar di Kabupaten Cirebon mengalahkan China.
Berdasarkan data dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), terdapat lima negara yang menjadi penyumbang investasi terbesar di wilayan ini. Lima negara tersebut secara berurutan yakni Kepulauan Marshall, China, Samoa Barat, Singapura, dan Denmark. Dari kelima negara ini, Kepulauan Marshall menduduki peringkat tertinggi dengan nilai investasi sebesar Rp124,5 miliar atau setara 38,9% dari total nilai investasi asing.
“Data ini menggambarkan Kabupaten Cirebon tidak hanya menarik minat investor dari kawasan Asia, tapi juga dari negara-negara nontradisional seperti Kepulauan Marshall dan Samoa Barat. Ini bukti bahwa sektor industri kita kian dikenal dan dipercaya,” ujar Kepal Dinas DPMPTSP Dede Sudiono, Jumat (13/6/2025).
Menurut Dede, dominasi investasi dari Kepulauan Marshall dipicu oleh tingginya minat pada industri barang dari kulit dan alas kaki. Industri ini tumbuh pesat di Kabupaten Cirebon karena ketersediaan tenaga kerja terampil dan lokasi geografis yang strategis.
“Industri kulit dan alas kaki memang menjadi primadona saat ini. Selain karena permintaan ekspor yang tinggi, para investor juga melihat efisiensi biaya produksi di Cirebon,” imbuh Dede.
Sementara, investasi dari China berada pada peringkat kedua sebesar Rp88,3 miliar atau sekitar 27,6%. Investasi dari negara tirai bambu itu menyasar sektor yang lebih beragam seperti transportasi dan telekomunikasi, peternakan, industri makanan, hingga industri kimia, logam, dan energi.
Baca Juga
“Investor dari China memiliki orientasi jangka panjang. Mereka masuk ke sektor-sektor strategis yang menopang kebutuhan dasar dan rantai pasok industri lainnya,” jelas Dede.
Di posisi ketiga, Samoa Barat mencatatkan investasi senilai Rp49,6 miliar atau sekitar 15,5%. Fokus investasi mereka antara lain pada industri barang dari kulit dan alas kaki, kertas dan percetakan, serta tekstil.
Dede menilai, kehadiran investor dari Samoa Barat menambah keragaman struktur ekonomi daerah.
Sementara itu, Singapura berada di posisi keempat dengan nilai Rp42,3 miliar atau 13,2%. Negara kota tersebut berinvestasi di sektor peternakan, industri makanan, perdagangan, jasa, hingga hotel dan restoran. Tak hanya itu, sektor kimia, logam, dan farmasi juga menjadi perhatian khusus investor Singapura.
“Singapura memang dikenal sebagai hub bisnis Asia Tenggara. Mereka biasanya menjadikan Cirebon sebagai basis produksi untuk mendukung suplai regional,” kata Dede.
Adapun Denmark berada di peringkat kelima dengan investasi Rp15 miliar atau 4,7%, sebagian besar difokuskan pada industri kayu dan sektor lainnya. Meski secara nominal lebih kecil, Dede menilai kontribusi Denmark tetap signifikan karena mendorong penguatan nilai tambah produk berbasis sumber daya alam lokal.
Lebih lanjut, Dede menjanjikan DPMPTSP Kabupaten Cirebon akan terus melakukan berbagai langkah fasilitasi dan promosi investasi.
Beberapa di antaranya adalah mempercepat perizinan, membentuk desk pelayanan khusus investor asing, serta memberikan insentif bagi sektor padat karya dan ramah lingkungan.
“Kami juga membuka ruang dialog langsung antara investor dengan kepala daerah maupun OPD terkait. Ini penting agar komunikasi lancar dan investasi tidak terganggu oleh hambatan teknis di lapangan,” papar Dede.
Namun demikian, Dede mengakui, masih ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi, seperti keterbatasan infrastruktur dan kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, kolaborasi dengan pemerintah provinsi dan pusat sangat diperlukan.
“Kami butuh dukungan untuk pembangunan jalan industri, akses logistik, dan pelatihan vokasi. Jika itu semua bisa dipenuhi, maka target investasi tahun ini bisa terlampaui,” pungkas Dede.