Bisnis.com, CIREBON - Sejumlah komoditas barang dan jasa di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) diprediksi menjadi penyumbang inflasi pada 2023 ini.
Komoditasi barang dan jasa tersebut di antaranya, komponen makanan minuman, dan tiket transportasi.
Kepala BPS Kota Cirebon Aris Budiyanto mengatakan dalam beberapa bulan terakhir ini, ada beberapa barang dan jasa yang menjadi penyumbang inflasi di antaranya, ayam ras segar, telur ayam ras segar, hingga tiket perjalanan kereta api.
“Inflasi Mei 2023 saja sebesar 0,15 persen,” kata Aris Budiyanto melalui keterangan tertulis, Jumat (16/6/2023).
Tahun lalu, Bank Indonesia Perwakilan Cirebon mencatat, 10 komoditas menjadi penyumbang inflasi terbesar di Ciayumajakuning sepanjang 2022. Satu di antaranya merupakan bahan bakar minyak (BBM).
Selain BBM, komoditas penyumbang inflasi yakni, roko kretek filter, angkutan dalam kota, telur ayam ras segar, sabun detergen, sabun mandi, mie kering instan, bahan bakar RT, beras, dan rokok putih.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon Hestu Wibowo mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan 10 komoditas tersebut menjadi penyumbang inflasi terbesar di Kota Cirebon.
Beberapa faktor di antaranya, penyesuaian harga BBM bersubsidi, kenaikan harga bahan bakar rumah tangga, kenaikan tarif parkir, dan kenaikan tarif PDAM.
Kemudian, kenaikan harga komoditas akibat anomali cuaca, kenaikan harga minyak goreng, serta kenaikan harga beras akibat menipisnya stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Bulog.
"Penyumbang terbesar inflasi di Kota Cirebon atau di Ciayumajakuning adalah bensin, karena berkaitan erat dengan penyesuaian harga. Kalau tidak ada penyesuaian, mungkin komoditas tersebut tidak menjadi penyumbang," kata Hestu.
Bank Indonesia Cirebon mencatat, inflasi di Kota Cirebon pada 2022 mencapai 4,86 persen. Angka tersebut paling rendah dibandingkan kota pantauan indeks harga konsumen (IHK) lainnya di Jawa Barat.
Hestu mengatakan tekanan inflasi diperkirakan melandai sepanjang 2023. Namun, masih dihadapkan pada sejumlah faktor tantangan.
"Faktor tersebut yakni, gangguan cuaca (fenomena La Nina/El Nino), berlanjutnya tensi geopolitik, pencabutan kebijakan PPKM, kenaikan UMK/P 2023, dan persiapan pemilu 2024," kata Hestu.